Abstrak


Analisis Status Kekritisan Resapan Air Tanah di Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri


Oleh :
Nesia Febryana - H0218042 - Fak. Pertanian

Ketersediaan sumberdaya air tanah yang terbatas dan berada pada lingkungan yang kering dan tandus menjadi pemicu permasalahan kekurangan air di Kecamatan Manyaran. Analisis sebaran status kekritisan resapan air tanah dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG) dinilai mampu mengindikasikan keberadaan sumberdaya air tanah secara luas dalam bentuk peta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sebaran dan faktor penentu kekritisan resapan serta memberikan upaya perbaikan kekritisan resapan air tanah. Penelitian dilakukan di Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri yang merupakan penelitian survei menggunakan metode deskriptif eksploratif pada skala ketelitian 1:100.000 (semi detail). Luas lahan efektif yang menjadi area penelitian sebesar 6.300 ha dengan Satuan Peta Lahan (SPL) sejumlah 21 SPL dan diulang sebanyak 3 titik yang diambil secara purposive random sampling. Parameter yang digunakan mengacu pada RTkRHL-DAS tahun 2009 meliputi jenis tanah, permeabilitas tanah, kemiringan lereng, curah hujan, dan penggunaan lahan. Kondisi tanah meliputi tekstur, bobot volume, bobot jenis, dan porositas tanah dianalisis sebagai data pendukung. Sebaran status kekritisan resapan air tanah dianalisis dengan metode skoring dan overlay peta tematik. Uji statistik berupa uji ANOVA dilanjut uji DMRT apabila berpengaruh nyata dan uji korelasi digunakan untuk mengetahui pengaruh karakteristik lahan serta faktor penentu kekritisan resapan air tanah.

Hasil penelitian menunjukkan sebaran kekritisan resapan air tanah di Kecamatan Manyaran terbagi menjadi enam kriteria, yaitu kriteria baik 256 ha, normal alami 419 ha, mulai kritis 1.159 ha, agak kritis 2.063 ha, kritis 2.029 ha, dan sangat kritis 411 ha. Kondisi kekritisan resapan air tanah umumnya berada pada kriteria agak kritis dengan persentase luasan 32,56?n kritis 32,04?ri total luas wilayah penelitian.  Permeabilitas, bobot volume, dan porositas tanah menjadi faktor penentu kekritisan resapan air tanah akibat pengaruh perbedaan penggunaan lahan serta memiliki hubungan dengan kekritisan resapan air tanah. Faktor-faktor penentu berkaitan dengan ruang pori tanah dan aktivitas penggunaan lahan pertanian, sehingga upaya perbaikan difokuskan untuk memperbaiki distribusi jumlah dan ukuran pori tanah pada lahan-lahan yang digunakan secara intensif. Rekomendasi upaya perbaikan dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik, pengaplikasian biochar, pembuatan LRB (Lubang Resapan Biopori), penerapan eco drainase, dan pengembangan sistem agroforestry.