Abstrak


Analisis Indeks Kekeringan dengan Standardized Precipitation Index (SPI) pada Lahan Sawah Tadah Hujan di berbagai Toposekuen Gunung Sindoro dan Sumbing, Jawa Tengah


Oleh :
Pinasti Dwi Utami - H0218048 - Fak. Pertanian

ANALISIS KEKERINGAN DENGAN STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI BERBAGAI KETINGGIAN TOPOSEKUEN GUNUNG SINDORO DAN SUMBING, JAWA TENGAH. Skripsi: Pinasti Dwi Utami (H0218048). Pembimbing: Komariah, Sumani. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret – Surakarta.

Ketinggian tempat dapat mempengaruhi kondisi cuaca pada suatu wilayah. Hal ini akan sangat terasa ketika terjadi perubahan iklim, salah satu indikatornya adalah ketidakpastian musim sehingga menyebabkan hujan yang tidak merata disetiap ketinggianya. Kenaikan dan penurunan jumlah curah hujan menyebabkan perbedaan kadar air di dalam tanah. Ketersediaan air di dalam tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Penyimpangan intensitas hujan dapat memicu terjadinya kekeringan pada suatu wilayah.  Perbedaan curah hujan pada wilayah dataran rendah, sedang, dan tinggi mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah yang selanjutnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.

Analisis kekeringan pada wilayah toposekuen Gunung Sindoro dan Sumbing menjadi salah satu alternatif untuk mengetahui tingkat kekeringan suatu wilayah. Analisis indeks kekeringan menggunakan metode Standardized Precipitation Index (SPI) pada dataran rendah, sedang dan tinggi wilayah toposekuen Gunung Sindoro dan Sumbing. Penelitian dilakukan pada dataran rendah (<400>700 m dpl) meliputi Kecamatan Wonosobo dan Kecamatan Kaliangkrik. Wilayah penelitian terletak di Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah.  Analisis SPI didasarkan pada data curah hujan selama 21 tahun terakhir dimulai dari tahun 2000-2020. Analisis SPI dilakukan dengan analisis statistika yang memanfaatkan aplikasi Rstudio. Perhitungan indeks SPI berdasar data curah hujan yang digolongkan pada SPI 3 bulanan dan 12 bulanan.

Hasil analisis SPI 3 dan 12 bulanan menunjukkan grafik yang fluktuatif disetiap bulannya. Beberapa kejadian terindikasi mengalami kekeringan pada beberapa wilayah pengamatan. Dataran rendah dan dataran sedang menunjukkan jumlah kekeringan yang cukup tinggi pada kelas kekeringan ringan dan sedang, namun hal tersebut dapat diatasi. Presentase kejadian kekeringan ekstrim hanya terdapat pada dataran tinggi dengan tingkat kejadian peristiwa 0,1 kali dalam 21 tahun. Berdasarkan hal tersebut tingkat terjadinya kekeringan tertinggi berada pada dataran sedang.