Abstrak


CITRA PEREMPUAN DAN KETIDAKADILAN GENDER DALAM CERPEN SEPASANG MATA DINAYA YANG TERPENJARA KARYA NI KOMANG ARIANI: Kritik Sastra Feminis


Oleh :
Bella Tri Meinar - B0215015 - Fak. Ilmu Budaya

Bella Tri Meinar. B0215015. 2022. Citra Perempuan dan Ketidakadilan Gender dalam Cerpen Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara Karya Ni Komang Ariani: Kritik Sastra Feminis. Skripsi: Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana gambaran citra perempuan dalam cerpen Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara? 2) Bagaimana bentuk ketidakadilan gender yang terdapat dalam cerpen “Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara? Tujuan penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan citra perempuan dalam cerpen “Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara”. 2) Mendeskripsikan bentuk ketidakadilan gender yang terdapat dalam cerpen “Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara.

Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, dengan objek penelitian berupa cerpen “Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara”. Data penelitian ini adalah gambaran citra perempuan dan ketidakadilan gender yang terhadap cerpen “Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara”. Sumber data penelitian ini ada 2 data, yaitu data primer dan sekunder. Data primer dari penelitian ini adalah cerpen “Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara”, Adapun data sekunder didapatkan dari jurnal, skripsi, dan buku yang berhubungan dengan objek penelitian. Teknik penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan melalui ragam induktif, yaitu penarikan simpulan dari data yang bersifat khusus dan mampu mendapatkan simpulan yang bersifat umum.

Berdasarkan analisis penelitian yang menggunakan kritik sastra feminis, simpulan penelitian ini adalah 1) Citra perempuan yang ada dalam cerpen “Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara” adalah perempuan memiliki citra yang lemah dalam ruang lingkup keluarga. 2) Ketidakadilan gender yang diterima perempuan adalah bahwa perempuan dianggap sebagai makhluk lemah sehingga keberadaannya hanya untuk mengikuti keinginan laki-laki. Setinggi apapun pendidikan yang diraih perempuan tidak membuat mereka mendapatkan kesetaraan karena perempuan dianggap hanya akan berakhir di dapur.