Saat ini, pengembangan PLTS Apung cukup optimis mengingat tren investasi yang terus meningkat, dan biaya komponen secara global semakin menurun atau semakin murah seiring kemajuan teknologi. Oleh karena itu, manajemen risiko operasional dituntut untuk dapat mengelola risiko dan menjaga nilai realisasi pendapatan investasi agar mendekati nilai target pendapatan pada rencana semula. Dari hasil identifikasi risiko pada PLTS Terapung skala besar diperoleh 27 faktor risiko yang berasal dari 3 proses bisnis selama pengoperasian pembangkit. Dari 27 faktor tersebut ditemukan 4 pengaruh finansial yang menjadi risiko operasional karena dapat mempengaruhi nilai pendapatan perusahaan, yaitu penurunan nilai iradiasi, kenaikan biaya O&M, dan perubahan parameter biaya produksi seperti inflasi dan suku bunga. Dari evaluasi risiko operasional, diperoleh 2 langkah manajemen risiko terhadap risiko yang berpengaruh signifikan yaitu risiko inflasi dengan membebankan risiko inflasi ke dalam tarif penyediaan tenaga listrik dan risiko biaya O&M dengan memberikan batasan biaya O&M. Sedangkan 2 faktor risiko lain yang tidak berpengaruh signifikan adalah risiko iradiasi dengan mengurangi biaya O&M dan risiko suku bunga dengan melakukan lindung nilai. Dengan demikian, semua risiko dapat ditangani dan pendapatan perusahaan dapat dipertahankan atau mendekati seperti yang direncanakan.
Kata kunci: manajemen risiko, pembangkit listrik tenaga surya terapung, ketidakpastian, operasional, mitigasi