TMV dapat menyebabkan penyakit tanaman yang serius dan kerugian ekonomi yang besar bagi produk pertanian. Salah satu cara pengendalian TMV yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan zat antiviral. Tempuyung merupakan suatu tanaman yang diketahui mengandung senyawa antiviral. Hal tersebut karena tempuyung memiliki kandungan kimia berupa ion-ion mineral, seperti Si, K, Mg, Na, dan senyawa organik flavonoid (kaempferol, luteolin-7-O-glukosida, apigenin-7-O-glukosida), kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol dan asam fenolat (sinamat, kumarat, vanilat). Tembakau digunakan sebagai model simbolis untuk mendefinisikan virus TMV dan C. amaranticolor sebagai inang lesio lokal dari TMV. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas ekstrak tempuyung sebagai antiviral Tobacco Mosaic Virus (TMV) pada tembakau rentan.
Penelitian dilaksanakan di screen house dan laboratorium hama dan penyakit tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Variabel yang diamati pada tembakau meliputi masa inkubasi, intensitas penyakit, laju infeksi, Luas Bawah Kurva Perkembangan Penyakit (LBKPP), karakter agronomi yang berupa tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot segar tajuk. Variabel yang diamati pada C. amaranticolor meliputi masa inkubasi, Lesio Lokal Nekrotik (LLN) dan Tingkat Hambatan Relatif (THR). Berdasarkan hasil pengamatan, aplikasi ekstrak Tempuyung kurang efektif dibandingkan dengan ekstrak bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) untuk mengendalikan TMV pada tembakau. Meskipun demikian, ekstrak tempuyung tetap memberikan pengaruh dibanding tanaman tanpa perlakuan ekstrak. Perlakuan ekstrak tempuyung dengan hasil terbaik yaitu pada perlakuan aplikasi ekstrak 1 jam sebelum inokulasi sap TMV.