;

Abstrak


DIALEKTIKA RELASIONAL PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM MENGKONTRUKSI IDENTITAS KABUPATEN ROKAN HULU SEBAGAI NEGERI SERIBU SULUK


Oleh :
Roni Setia Nugraha - S232008013 - Fak. ISIP

Kabupaten Rokan Hulu adalah salah satu daerah yang menerapkan konsep city branding dengan membentuk identitas dan julukan tempat yaitu Negeri Seribu Suluk. Negeri Seribu Suluk memberi makna bahwa Kabupaten Rokan Hulu adalah daerah yang kaya dengan nuansa keagamaan. Dewasa ini terjadi banyak perubahan seiring berjalannya waktu yang mengakibatkan makna identitas menurun yang membuat realitas dilapangan tidak sesuai dengan tujuan identitas. Akibat akhirnya adalah munculnya dialektika relasional antar pemangku kepentingan pada urgensi kontruksi identitas. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) melihat bagaimana identitas daerah pada julukan Kabupaten Rokan Hulu sebagai Negeri Seribu Suluk, 2) mengetahui bagaimana dialektika relasional pemangku kepentingan dalam mengkontruksi identitas Kabupaten Rokan Hulu sebagai Negeri Seribu Suluk. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus deskriptif. Pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara dan observasi partisipan, yang mana indorman dipilih menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa 1) identitas terbentuk melalui proses identitas secara bertahap, yaitu berdasarkan aktivitas masyarakat yang dianut terus-menerus hingga menjadi budaya. Aktivitas tersebut menjadi ciri khas daerah, kemudian dijadikan jati diri daerah yang menimbulkan rasa bangga bagi masyarakat. Proses tersebut dilakukan untuk melestarikan budaya dan membangun hubungan antara masa lalu dan masa sekarang, sehingga mencegah hilangnya nilai-nilai tradisi yang melambangkan identitas Negeri Seribu Suluk. 2) Dialektika relasional pada kontruksi identitas dan julukan Kabupaten Rokan Hulu terutama terjadi antara pemerintah, tokoh adat dan tokoh agama, sedangkan dialektika pada tokoh politik, masyarakat dan pelaku usaha tidak begitu kuat. Elemen dialektika relasional yang paling mendominasi adalah kontradiksi. Dialektika terjadi karena adanya penurunan kontruksi yang dilakukan oleh pemangku kepentingan berpengaruh, berupa perdebatan opini serta ketegangan-ketegangan antar pemangku kepentingan. Dialog digunakan untuk mengelola dialektika melalui saluran sosialisasi, musyawarah lembaga adat, pertemuan adat, seminar, penyuluhan, media pemberitaan, dan media sosial.