Abstrak


Kajian Intertekstual dan Nilai Pendidikan Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto dengan Para Priyayi Karya Umar Kayam


Oleh :
Atik Hendriyati - K1205008 - Fak. KIP

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) struktur novel Canting karya Arswendo Atmowiloto; (2) struktur novel Para Priyayi karya Umar Kayam; (3) persamaan struktur novel Canting dengan struktur novel Para Priyayi; (4) perbedaan struktur novel Canting karya dengan struktur novel Para Priyayi; dan (5) nilai pendidikan novel Canting dan Para Priyayi. Berkaitan dengan tujuan penelitian tersebut, bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Strategi yang digunakan adalah analisis isi (content analysis). Sumber data penelitian ini adalah novel Canting karya Arswendo Atmowiloto yang diterbitkan oleh Gramedia (Jakarta) pada tahun 2007 dan novel Para Priyayi karya Umar Kayam yang diterbitkan oleh Grafiti (Jakarta) pada tahun 2001. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pustaka. Validasi data yang digunakan adalah triangulasi teoretis dan triangulasi data. Analisis data yang digunakan adalah model analisis mengalir (flow model of analysis), yang meliputi tiga komponen utama, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa struktur novel Canting dan Para Priyayi meliputi: (1) tema; (2) alur; (3) penokohan dan perwatakan; (3) latar; (4) sudut pandang pengarang; dan (6) amanat. Dilihat dari strukturnya, kedua novel ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada aspek: (1) tema, kedua novel ini bertema mengenai kehidupan keluarga besar priayi Jawa, (2) alur, kedua novel ini beralur campuran; (3) penokohan dan perwatakan, memiliki kesamaan berdasarkan peranan dan fungsi tokoh dalam cerita; dan (4) latar, latar tempat: Surakarta, latar waktu: masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, latar sosial: kehidupan masyarakat Jawa. Perbedaan kedua novel terletak pada aspek: (1) penokohan dan perwatakan, yaitu pada pekerjaan dan karakter para tokoh; (2) sudut pandang pengarang, dalam novel Canting pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga, sedangkan dalam novel Para Priyayi adalah sudut pandang orang pertama; dan (3) amanat, novel Canting adalah semangat perubahan zaman janganlah dilawan karena hanya akan menemui kekalahan, cara terbaik untuk menghadapi perubahan zaman yaitu dengan melebur diri tanpa harus kehilangan jati diri, sedangkan dalam novel Para Priyayi adalah semangat kemajuan, pengabdian kepada masyarakat, semangat kerukunan dan kekeluargaan yang ditumbuhkan dari kalangan wong cilik agar mereka pun ikut memberi warna pada kalangan priayi. Sementara itu, nilai pendidikan yang dapat diambil dari kedua novel ini disampaikan pengarang melalui sikap atau tindakan dan ungkapan atau pepatah dari para tokohnya.