ABSTRAK Sekali lagi tentang cinta. Banyak peristiwa mengerikan diberitakan belakangan ini, mungkin kita perlu belajar cinta kembali atau mengasah ketrampilan cinta kita. Segala kecanggihan teknologi yang dapat kita temui saat ini turut andil dalam menyebarkan pengalaman dan kesaksian tentang nilai cinta kasih. Salah satunya melalui media film. Film sendiri merupakan terminologi (media) gambar yang bergerak, yang menghadirkan unsur dinamis dari obyek yang ditampilkannya. Bahasa film adalah kombinasi antara bahasa suara dan bahasa gambar. Sineas menawarkan sebuah solusi melalui filmnya dengan harapan tentunya bisa diterima dengan baik oleh khalayak yang menikmatinya. Salah satu film yang bertemakan cinta kasih adalah film Happy Feet. Film ini menceritakan tentang kehidupan cinta kasih binatang penguin di kutub Antartika. Film yang telah mencetak sukses dengan meraup keuntungan sangat besar di seluruh dunia ini di adaptasi dari sebuah film dokumenter yang mengambil sebuah fenomenologi alam di benua es, Antartika. Film yang menceritakan cinta kasih sesame penguin saat mereka harus menghadapi kelangkaan ikan dan kekurangan makanan. Secara khusus, representasi nilai cinta kasih, yang meliputi bentuk praktek memberi, perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pemahaman, serta sikap rendah hati, berani, percaya, dan disiplin, yang banyak disampaikan melalui berbagai tanda dalam film yang menjadi obyek penelitian ini. Film sebagai salah satu media komunikasi massa dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi filmis, yang memahami hakikat, fungsi dan efeknya. Sebagai media komunikasi massa, film dianggap sangat efektif dalam mempengaruhi khalayaknya tanpa pernah berlaku sebaliknya. Karena dalam perspektif sosial, film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanda – tanda dalam film animasi “Happy Feet” dalam kaitannya dengan representasi pesan tentang nilai cinta dan kasih dan juga bagaimana tanda – tanda dalam film animasi “Happy Feet”. Untuk dapat memenuhi tujuan itu, peneliti menggunakan metode analisa semiologi. Dimana analisa menggunakan metode semiotika milik Roland Barthes. Yaitu dengan melihat dari aspek yang pertama, yaitu aspek sosial yang berupa makna denotasi dan konotasi. Kemudian dari makna konotasi dapat diambil sebuah mitos yang ada di dalam setiap elemennya. Selain itu juga aspek yang kedua yaitu berupa aspek sinematografi, dimana dalam setiap korpus dijelaskan melalui cara pengambilan gambarnya, seperti jarak, ketinggin, sudut, lama pengambilan, dan sebagainya. Penelitian ini fokus pada permasalahan yang diakibatkan dari kurangnya bentuk cinta kasih. Setelah dilakukan analisa, diperoleh praktek nilai cinta kasih yang diperlihatkan oleh para tokoh, dikisahkan pula mampu mengubah kehidupan tidak hanya satu ekor penguin saja tetapi semua penguin yang berada dalam komunitas emperor. Hal ini sejalan dengan pemikiran Erich Fromm tentang cinta. Cinta adalah aktifitas atau tindakan sebentuk praktek kekuatan manusia yang hanya dapat diwujudkan dalam kebebasan. Cinta kasih merupakan kebutuhan pokok dan riil pada setiap keberadaan manusia, jawaban atas eksistensi peradaban manusia, atau dengan kata lain, jawaban atas berbagai konflik yang terjadi dalam kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.