Abstrak


Keberadaan Kereta Api dalam Kehidupan Masyarakat Kabupaten Blora 1894-1930


Oleh :
Rifqi Amrulah Fatah - B0419052 - Fak. Ilmu Budaya

Kabupaten Blora merupakan daerah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, seperti hasil pertanian, kayu jati, dan minyak bumi. Komoditas tersebut sangat dibutuhkan dan laku di pasaran dunia. Pada abad ke-19 infrastruktur jalan di wilayah Kabupaten Blora masih sangat terbatas. Hal ini menghambat pengiriman barang-barang menuju kota dan pelabuhan. Oleh karena itu, pemerintah kolonial membangun sarana transportasi kereta api.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan, pertama, proses pembangunan jalur kereta api jalur Demak-Blora-Cepu pada tahun 1894-1930. Kedua, dampak sosial ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Blora setelah dibukanya jalur kereta api Demak-Blora pada tahun 1894-1930. Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis, yaitu: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Data diperoleh dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Arsip Nasional Republik Indonesia, dan Delpher.nl.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan jalur kereta api Demak-Blora-Cepu memberikan dampak pada ekonomi dan sosial. Kabupaten Blora yang dahulunya merupakan wilayah terisolir menjadi terbuka dan mudah dijangkau setelah dibangunnya jalur kereta api. Hal ini sangat membantu penduduk Kabupaten Blora dalam mobilisasi ataupun memasarkan produk pertanian, palawija, dan hasil hutan. Banyak dibangun fasilitas-fasilitas atau layanan-layanan yang menunjang perekonomian sebagai dampak dibangunnya jalur kereta api. Fasilitas-fasilitas tersebut seperti pasar, perbankan, dan listrik mulai tersedia.

Sisi lain, hadirnya kereta api juga disertai dengan hadirnya penduduk Eropa. Mereka suka dengan pesta, klub hiburan malam, dan prostitusi. Hal ini menjadikan masalah sosial bagi penduduk setempat karena bertentangan dengan norma sosial. Kriminalitas dan diskriminatif semakin meningkat. Perlakuan diskriminatif dirasakan pribumi dalam menggunakan fasilitas kereta api. Mereka hanya diperbolehkan menggunakan kereta api kelas 2.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan kereta api di Kabupaten Blora membawa dampak positif dan juga negatif. Keberadaan kereta api mempermudah akses transportasi dan membuka jalur pedalaman yang terisolasi. Hal ini berdampak pada ekonomi dan kondisi sosial masyarakat yang berkembang. Namun, di sisi lain permasalahan sosial juga meningkat seperti kriminalitas, diskriminatif, dan prostitusi. Pada tahun 1930 kondisi di Kabupaten Blora berubah karena depresi ekonomi.