;

Abstrak


Analisis Terjemahan Leksis yang Mengakomodasi Sikap Media Massa dalam Menilai dan Membingkai Kandidat Pemimpin Republik Indonesia (Pendekatan Appraisal)


Oleh :
Ahmad Zakki Maulana - S131902001 - Sekolah Pascasarjana

Teks berita politik yang mengandung bahasa evaluatif (juga dikenal sebagai sistem appraisal) perlu mendapat perhatian dari para penerjemah. Hal ini disebabkan kegiatan penerjemahan menjadi instrumen untuk memperluas dan mengalihkan pesan yang berisi sudut pandang. Studi ini bertujuan untuk (1) mengetahui jenis attitude yang mencerminkan sikap media The Conversation dalam menilai dan membingkai kandidat pemimpin Republik Indonesia, (2) memahami teknik penerjemahan apa saja yang diaplikasikan dalam menerjemahkan attitude dalam teks berita daring The Conversation, (3) menelaah apakah terjadi pergeseran konstruksi makna dan jenis attitude dalam teks terjemahan yang dihasilkan penerjemah, serta (4) mengukur sejauh mana kualitas terjemahan attitude yang dipublikasikan di situs berita daring The Conversation.
Berfokus pada terjemahan bahasa evaluatif, penelitian kualitatif ini mengumpulkan data berupa kata, kelompok kata, serta klausa yang mengandung penilaian dan kemudian mendeskripsikan data tersebut. Peneliti memilih sepuluh teks berita politik dalam merayakan pemilihan presiden serta wakil presiden Republik Indonesia periode 2019-2024 di situs  https://theconversation.com. Oleh karena itu, data primer penelitian ini berupa leksis yang mengakomodasi sikap serta informasi dari para ahli sebagai informan yang memberikan wawasan relevan yang terkait studi ini. Di samping itu, peneliti menerapkan dua langkah krusial dalam teknik pengumpulan data, yaitu simak dan catat sebagai analisis dokumen dan diskusi kelompok terarah.
Hasil penelitian ini mendapati fakta bahwa penulis berita media daring ‘The Conversation’ memunculkan bahasa evaluatif yang beragam untuk setiap kandidat. Dari aspek jumlah frekuensi kemunculan, leksis penanda appraisal didominasi oleh evaluasi terhadap Jokowi yang mencapai hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kandidat lain. Dari aspek polaritas, Jokowi dan Sandiaga mendapatkan evaluasi positif, sedangkan Prabowo dan Ma’ruf lebih sering mendapat kritikan serta cemooh dari penulis berita. Hasil selanjutnya merupakan domain aspek penerjemahan. Pola perilaku penerjemah Indonesia diidentikkan dengan keputusan untuk  menerapkan  sepuluh  teknik  penerjemahan,  di  antaranya padanan  lazim, delesi, modulasi, transposisi, kreasi diskursif, eksplisitasi, generalisasi, parafrase, serta teknik gabungan padanan lazim + padanan lazim, dan padanan lazim + kreasi diskursif. Terlepas dari segelintir pergeseran makna dan bentuk leksis yang muncul, perlu digarisbawahi bahwa melimpahnya frekuensi kemunculan teknik penerjemahan padanan lazim mengindikasikan hasil terjemahan dengan tingkat keakuratan dan keberterimaan yang tinggi. Penerjemah mengamini konstruksi makna sikap di teks berita sumber sehingga mereka berhasil mengantarkan bahasa evaluatif tersebut di teks berita versi terjemahan.

Kata Kunci: Media, Kandidat Pemimpin, Bahasa evaluatif, Penerjemahan