Latar Belakang: Indonesia merupakan salah satu dari lima negara yang menyediakan hak bagi pekerja wanita untuk mengambil cuti menstruasi. wanita memiliki hak untuk mendapatkan cuti haid/menstruasi pada hari pertama dan kedua waktu haid apabila merasakan sakit. Gangguan kecemasan merupakan kondisi gangguan psikiatri yang sering ditemukan, Terdapat setidaknya 264 juta orang menderita gangguan kecemasan, dan sekitar 60 juta (23%) dari keseluruhan orang di Asia Tenggara mengalami gangguan kecemasan. depresi dan stres mempengaruhi siklus menstruasi dalam aspek siklus dan jumlah perdarahan, Stres meningkatkan peluang terjadinya gangguan pada siklus menstruasi sebesar 1.28 kali lebih besar dibandingkan normal. Oleh sebab itu peneliti ingin meneliti dampak menstruasi terhadap tingkat kecemasan sebagai tinjauan dalam segi kesehatan mental terhadap perundang-undangan yang berlaku.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik melalui pendekatan cross-sectional. Besaran sampel yang diteliti sebesar 71 orang yang merupakan mahasiswi tahun ke-3 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret menggunakan teknik simple random sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) dan kuesioner Siklus Menstruasi yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada bulan November 2022. Metode pada penelitian ini menggunakan analisa Chi-Square dan uji korelasi untuk mengetahui tingkat hubungan kedua variabel penelitian.

Hasil: Tingkat kecemasan yang diukur dengan kondisi kesehatan siklus menstruasi mempunyai hubungan yang signifikan secara statistik (p = 0.045) dengan tingkat korelasi rendah (C = 0.319). Gangguan pada siklus menstruasi secara statisik beerhubungan dengan adanya peningkatan pada tingkat kecemasan.

Simpulan: Terdapat hubungan korelasi antara siklus menstruasi dengan tingkat kecemasan mahasiswi.