Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan proses pelatihan batik ciprat di SWP Sambung Roso yang meliputi tujuan, metode, materi, media, dan evaluasi, (2) mendeskripsikan proses pembuatan batik ciprat oleh penyandang disabilitas intelektual di SWP Sambung Roso yang meliputi persiapan, pelekatan lilin, pewarnaan, penghilangan lilin dan finishing. (3) menganalisis hasil karya batik ciprat yang dibuat oleh penyandang disabilitas Intelektual di SWP Sambung Roso meliputi konsep batik, warna dan makna batik. Penelitian ini menggunakan pendekatan yang mengarah pada metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian berdasarkan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data dicapai dengan menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) proses pelatihan batik ciprat pada peserta penyandang disabilitas intelektual dilakukan selama dua pertemuan dengan tujuan : menanamkan rasa percaya diri pada peserta, menambah kreativitas peserta, peserta bisa belajar mandiri kedepannya, tidak bergantung kepada orang tua atau keluarganya. Materi yang disampaikan saat pelatihan yaitu materi batik ciprat. Media utama untuk pelatihan menggunakan kain primisima, pewarna remasol, lilin batik, lidi, dan kuas. Evaluasi dilakukan guna mengetahui tercapainya tujuan pelatihan yang telah dilaksanakan dan untuk mengetahui setiap kendala yang terjadi pada saat proses pembuatan batik ciprat. 2) proses pembuatan batik ciprat meliputi persiapan, pelekatan lilin, pewarnaan, penghilangan lilin, dan  finishing. 3) hasil karya batik ciprat ada lima yaitu Lurik Pojok, Morat Marit, Gepyok, Gedhek, Lorekan yang dianalisis berdasarkan konsep batik, warna dan makna batik. Adapun masalah yang ditemukan dalam proses pembuatan batik ciprat di SWP Sambung Roso yaitu peserta terlambat datang, tidak aktif saat mengikuti pelatihan, mudah lupa dan atau tidak sesuai intruksi, sebagian keluarga tidak mengizinkan peserta mengikuti pelatihan. Dari permasalahan yang ada dapat diatasi dengan cara memberitahu peserta agar datang tepat waktu, selalu diberikan motivasi agar semangat dan aktif mengikuti pelatihan, pelatih memberi arahan yang tepat, dan sering mengulang pemberian intruksi kepada peserta yang mudah lupa. Penyandang disabilitas intelektual yang tidak diizinkan oleh keluarganya tidak dipaksa, tetapi tetap diberi arahan agar keluarga mengizinkan anaknya ikut serta dalam pelatihan.