Kawasan perkotaan tidak terlepas dari permasalahan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang  meningkat serta keterbatasan akses penduduk terhadap  pelayanan dasar perkotaan. Hal ini berpotensi menyebabkan adanya  kawasan permukiman kumuh. Kota Surakarta merupakan salah satu kota dengan kepadatan yang cukup tinggi, sehingga mempengaruhi penggunaan lahan untuk bermukim. Pemerintah Kota Surakarta telah melakukan verifikasi data lokasi perumahan dan permukiman kumuh dan menemukan bahwa Kawasan Semanggi  memiliki tingkat kepadatan penduduk serta  luas  permukiman yang tinggi dibandingkan kawasan lain dengan luas kumuh sebesar 76,03 hektar. Kawasan padat penduduk ini menjadi perhatian khusus pemerintah karena terjadi pembangunan permukiman tanpa memperhatikan aspek kelayakan hunian dan struktur tata ruang kota. Terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan di Kawasan Semanggi yaitu masih banyaknya bangunan yang tidak memiliki sertifikat dan berstatus lahan ilegal, tingginya jumlah rumah tidak layak huni, ketidakteraturan bangunan, kawasan rawan banjir dan rendahnya sosial ekonomi masyarakat. Penelitian ini berfokus untuk mengetahui faktor prioritas yang menyebabkan adanya permukiman kumuh di Kawasan Semanggi Kota Surakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deduktif dimulai dengan cara mengkaji teori terkait faktor prioritas penyebab permukiman kumuh dan melihat penerapannya di lapangan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis AHP (Analysis Hierarchy process) untuk menganalisis tingkat prioritas faktor yang mempengaruhi terbentuknya permukiman kumuh berdasarkan pertimbangan yang diperoleh dari responden ahli terpilih melalui expert choice. Hasil analisis AHP (Analysis Hierarchy process) menunjukkan bahwa terdapat lima (5) faktor prioritas yang menyebabkan adanya permukiman kumuh Kawasan Semanggi. Kelima faktor prioritas itu Adalah faktor ekonomi, faktor sarana prasarana dan faktor status kepemilikan bangunan, faktor lahan perkotaan, faktor lama tinggal penghuni.