×
Dampak lain dari tingginya pertumbuhan industri pakaian jadi adalah perubahan tren yang semakin pesat. Fenomena ini dikenal dengan nama fenomena fast fashion. Hal ini berarti koleksi tren pakaian yang terlalu sering berubah akan memicu konsumen untuk lebih sering mengunjungi toko pakaian. Siklus hidup produk yang ditampilkan di toko-toko mode menjadi lebih pendek. Fenomena thrifting muncul sebagai sarana bagi konsumen agar tetap dapat membeli pakaian dengan harga yang lebih murah, namun tetap dapat mengikuti tren terbaru. Konsumsi pakaian bekas telah berevolusi dalam tiga periode, yakni : (1) periode kemunculan dan ekspansi selama abad 18 dan 19; (2) periode penurunan dan stigmatisasi pada abad 20; dan (3) periode de-stigmatisasi. Penelitian kuantitatif ini dilakukan untuk melihat intensi responden terhadap produk pakaian bekas yang kini populer dengan istilah thrifting. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dan wawancara dengan beberapa pembeli serta pelaku usaha thrifting di Surakarta. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistic multinomial dengan jenis data cross section. Variabel independen dalam penelitian ini adalah intensi responden terhadap produk thrifting pakaian bekas. Penelitian ini menggunakan Theory of of Reasoned Action (TRA). Selanjutnya, variabel dependen yang digunakan adalah variabel demografi (usia, jenis kelamin, lama pendidikan, dan tingkat pendapatan) serta 3 variabel motivasi, yakni motivasi penghematan, ketertarikan terhadap mode, dan lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin, motivasi penghematan, dan lingkungan dapat mempengaruhi intensi responden terhadap produk thrifting pakaian bekas. Sementara itu, variabel usia, lama pendidikan, tingkat pendapatan, dan ketertarikan terhadap mode tidak terbukti mempengaruhi intensi responden terhadap produk thrifting pakaian bekas.