×
Kekerasan seksual dan pemerkosaan merupakan salah satu isu yang sedang ramai di Indonesia. Banyak korban kekerasan seksual dimana mayoritas dari mereka adalah perempuan yang berani untuk berbicara dan mengutarakan apa yang mereka rasakan. Namun, korban kekerasan seksual dan pemerkosaan pada laki-laki menghadapi tantangan ketika ingin menyuarakan apa yang mereka rasakan. Film Not The Same mengangkat kisah seorang laki-laki yang mengalami kekerasan seksual dan pemerkosaan yang dilakukan oleh wanita. Korban mengalami berbagai peristiwa yang membuat dirinya mengalami trauma dan mendapatkan cacian dari orang terdekatnya, yaitu keluarganya sendiri. Hal itu dikarenakan keluarganya menganggap korban yang merupakan laki-laki juga menikmati pemerkosaan. Namun, selalu ada dua sisi dalam setiap peristiwa. Walaupun keluarganya memberikan respon negatif, teman dekatnya malah memberikan semangat dan selalu memberikan respon yang positif. Korban adalah kelompok minoritas dimana ia adalah satu dari sedikit laki-laki yang mengalami kekerasan seksual dan pemerkosaan. Karena dirinya adalah kelimpok minoritas, ia mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan apa yang ia rasakan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teori Co-Cultural untuk mengetahui bagaimana pendekatan komunikasi (communication approach) yang ia pilih dalam mengkomunikasikan apa yang ia rasakan, apa hasil yang diharapkan (communication orientation), serta bagaimana strategi komunikasi (communication strategy) seorang korban pelecehan seksual pada laki-laki. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif studi dokumen. Teknik analisis data menggunakan analisis semiotika Roland Barthes dengan melakukan analisis denotasi dan konotasi. Penelitian ini menghasilkan temuan dimana korban kekerasan seksual pada laki-laki menerapkan pendekatan komunikasi (communication approach) asertif dan non-asertif yang tergantung pada respon yang didapatkannya, kemudian hasil yang diharapkan (communication orientation) oleh korban ialah akomodasi dimana ia ingin kaum dominan tidak membedakan apabila korban kekerasan seksual dan pemerkosaan itu laki-laki ataupun perempuan, dan yang terakhir adalah terdapat empat strategi komunikasi yang dipilih yaitu increased visibility, self-assured communication, avoidance dan utilization of liaisons.