Gerakan sosial #MeToo asal Amerika Serikat bertujuan sebagai gerakan pemberdayaan melalui empati yang menciptakan ruang bagi perempuan penyintas pelecehan seksual untuk bercerita, serta mendorong peningkatan kesadaran akan adanya isu pelecehan seksual terhadap perempuan. Pada tahun 2018, gerakan ini telah menjangkau Korea Selatan, yang merupakan negara dengan masalah ketidaksetaraan gender dengan perempuan sebagai pihak yang lebih dirugikan rentan terhadap pelecehan seksual khususnya yang terjadi di tempat kerja. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran gerakan #MeToo di Korea Selatan dalam melawan pelecehan seksual terhadap perempuan di tempat kerja dengan menggunakan konsep pemikiran Transnational Advocacy Networks oleh Margareth E. Keck dan Kathryn Sikkink dengan didukung oleh pemikiran Noriko Hara dan Bi-yun Huang terkait Online Social Movement. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif studi kasus dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan yang menggunakan data dari buku, artikel jurnal, berita, maupun laporan dari instansi terkait. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa peran gerakan #MeToo sebagai Transnational Advocacy Networks mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam melawan pelecehan seksual terhadap perempuan di tempat kerja yang terjadi di Korea Selatan melalui strategi politik informasi, simbolik, pengaruh, dan akuntabilitas. Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi Studi Hubungan Internasional dengan menyoroti adanya fenomena Transnational Advocacy Network di era digital yang memanfaatkan media sosial dalam aktivitasnya, karena pada dasarnya Studi Hubungan Internasional merupakan studi yang dinamis dan dapat berubah seiring dengan perkembangan zaman.