Kampung batik Laweyan merupakan salah satu klaster Kampung batik terbesar di Surakarta. Tingkat pertumbuhan industri batik di Kampung batik Laweyan Surakarta yang menggunakan pewarna kimia masih lebih tinggi, sekitar 80 persen dibanding yang menggunakan zat pewarna alami, sehingga menimbulkan masalah pada lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi abiotik, biotik, dan sosial budaya pada kawasan Kampung batik di Laweyan Surakarta, menganalisis faktor-faktor pengembangan kawasan berkelanjutan yang berpengaruh pada kawasan Kampung batik di Laweyan Surakarta, merumuskan model pengembangan Kawasan Kampung batik yang berkelanjutan di Laweyan Surakarta. Metode pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan sampel jenuh, jumlah sampel 94. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui komponen abiotik biotik dan sosial budaya pada Kawasan Kampung batik di Laweyan Surakarta yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan kualitas air, flora, fauna, dan sosial budaya. Faktor - faktor yang berpengaruh pada kawasan yang berkelanjutan mengacu pada teori Lowe dan Fleig, teori ini mengkaji tentang komunitas bisnis manufaktur dengan meningkatkan kinerja lingkungan dan ekonomi melalui kerja sama dalam mengelola lingkungan dan sumber daya dengan mengguanakan 9 (sembilan) faktor kawasan berkelanjutan, yaitu terintegrasi dengan sistem alam, sistem energi, aliran material dan manajemen limbah, manajemen kawasan, pengaturan air, pembangunan dan renovasi infrastuktur, integrasi dengan masyarakat setempat, sumber daya alam yang berkelanjutan, kelangsungan hidup ekologi sistem alam. Faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutan kawasan dan perumusan model pengembangan kawasan berkelanjutan menggunakan Partial Least Square-Structuce Equation Model (PLS-SEM). Pengembangan kawasan menggunakan Importance-Performance Matrix Analysis (IPMA). Hasil penelitian menunjukkan kondisi kualitas air sungai teridentifikasi Sungai Jenes dan Sungai Premulung di Kawasan Kampung Batik Laweyan menurut baku mutu PP 22 Tahun 2001, ditinjau dari parameter: TDS, pH Nitrat, dan DO teridentifikasi masih memenuhi baku mutu pada klasifikasi kelas II (dua), sedangkan untuk BOD, COD, Nitrit, dan fosfat, melebihi baku mutu kualitas air v sungai. Kondisi flora didominasi blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), blimbing linger (Averrhoa carambola), apel bludru (Diospyros blancoi), sawo (Manil kara), pace (Morinda citrifolia), beringin (Ficus benjamina), jambu biji (Psidium guajava), jambu air (Syzygium aqueum), klengkeng (Dimocarpus longan), rambutan (Niphelium lappaceum), trembesi (Samanea saman), matoa (Pometia pinnata), randu alas (Bombax ceiba), akasia (Acacia), pepaya (Carica papaya), manga (Magnifera indica), daun katuk (Sauropus androgynous), lamtoro (Leucaena leucocephala), pisang (Musa paradisiaca), kanthil (Magnolia champaca), nangka (Artocarpus heterophyllus), sukun (Artocarpus altilis), pisang (Musa acuminata) dan melinjo (Gnetum gnemon Linn), mengkudu (Morinda citrifolia). Kondisi fauna ada 12 jenis burung, 2 jenis mamalia, dan 2 jenis reptilia. Jenis Burung yang ditemukan adalah perkutut (Gleopelia striata), puter (Streptopelia risoria), merpati (Columbia spp), itik (Merginae sp), angsa (Cygnus cygnus) dan kutilang (Pycnonotus aurigaster), prenjak (Prinia familiaris) , pipit (Lonchura punctulata), gereja (Passer montanus), puter (Streptopelia risoria), dan tekukur (Spilopelia chinensis). Jenis mamalia yang ditemukan adalah anjing (Canis lupus) , kucing (Felis silvestra catus, sedangkan jenis reptilia yang ditemukan adalah biawak (Varanidae) , kadal (Mabouya multifasciata). Kondisi sosial budaya teridentifikasi berdasarkan hasil wawancara dari narasumber bahwa masyarakat Laweyan saat ini lebih terbuka, mudah bersosialisasi dan mampu menjalin hubungan yang baik antar sesama masyarakat sekitar, telah menerima perubahan dan beradaptasi dengan teknologi. Hasil analisis faktor - faktor yang berpengaruh pada Kawasan yang berkelanjutan, adalah faktor integrasi dengan masyarakat; sumber daya alam; pengaturan air; terintegrasi dengan sistem alam; sistem energi; kelangsungan hidup ekologi; manajemen limbah; menejemen kawasan; pembangunan dan renovasi infrastruktur. Model pengembangan kawasan Kampung batik yang berkelanjutan di Laweyan Surakarta dirumuskan dari 4 (empat) factor yang signifikan yaitu faktor terintegrasi dengan sisitem alam, integrasi dengan masyarakat sekitar, menejemen kawasan dan pembangunan dan renovasi infrastruktur.