Tujuan penelitian ini untuk mengkaji, diantaranya: (1) Nilai historis kirab pusaka Keraton Surakarta, (2) Nilai filosofis kirab pusaka Keraton Surakarta, (3) Nilai historis dan filosofis kirab pusaka Keraton Surakarta sebagai materi pengayaan sejarah kelas X SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena penelitian dilakukan dengan menangkap makna dan sudut pandang pelaku yang menghayati peristiwa melalui pengamatan yang dilakukan peneliti secara pasif. Strategi penelitian menggunakan strategi studi kasus terpancang karena masalah dan fokus penelitian telah ditentukan sebelum melaksanakan penelitian ke lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui analisis dokumen, wawancara dan observasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik aksidental sampling, purposive sampling, dan time sampling. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif yaitu, interaksi antara pengumpulan data dengan 3 komponen analisis yang terdiri dari (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan simpulan dan verifikasi dalam proses yang berbentuk siklus. Hasil penelitian menunjukan : (1) Nilai historis kirab pusaka keraton Surakarta di antaranya nilai perjuangan, upaya PB II dalam memperoleh pusaka di Ponorogo (1742). Nilai budaya terkandung dalam pelaksanaan kirab pusaka sebagai peringatan pergantian tahun baru Jawa serta peradaban kebudayaan yang tinggi pada masa pemerintahan PB X (1893-1939). Nilai ketidakstabilan politik termuat dalam peristiwa kemandekan tradisi kirab pusaka pada masa PB XI (1939-1945). Nilai persatuan ditunjukan melalui perubahan tata cara dalam pelaksanaan kirab pusaka pada masa PB XII (1945-2004). Nilai nasionalisme terlihat dari sikap PB X dan panitia penyelenggara kirab pusaka yang hingga saat ini tetap melestarikan tradisi kirab pusaka sebagai bagian kebudayaan Jawa. (2) Nilai filosofis yang terkandung dalam pelaksanaan kirab pusaka Keraton Surakarta antara lain nilai religius yang diwujudkan melalui wilujengan, sesaji, kerbau kyai Slamet, gendhing ladrang wilujeng, samir, sumpingan gajah ngoling, pelaksanaan kirab pusaka pada 1 Suro. Nilai moral dilihat dari pengampil pusaka, rute kirab pusaka, dan pusaka. Nilai sosial yang diwujudkan melalui peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kirab pusaka seperti songsong atau payung, cambuk, kipas, arang, kayu, anglo dan alat penerangan. (3) Nilai historis dan filosofis kirab pusaka Keraton Surakarta dapat digunakan sebagai materi pengayaan kelas X di SMA Negeri 5 dan 7 Surakarta dengan mengembangkan materi konsep sejarah dan manfaat belajar sejarah.