Pada tahun 1095 Masehi Perang Salib dimulai dan pada tahun 1272 Masehi perang itu dinyatakan berakhir. Gerakan Assassin mempunyai peran yang penting di dalam Perang Salib karena Gerakan itu banyak mengambil perhatian kedua belah pihak pemimpin agama, yaitu Islam dan Kristen. Penelitian dengan judul “Peran Gerakan Assassin pada Perang Salib (1095-1192 M)”, memiliki rumusan masalah bagaimana sejarah terjadinya Perang Salib dan terbentuknya Assassin serta peran Gerakan Assassin pada Perang Salib. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui awal mula Perang Salib diserukan dan juga terbentuknya Gerakan Assassin, dan mengetahui dampak yang terjadi dengan terlibatnya Gerakan Assassin pada Perang Salib.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif yang mengungkapkan secara jelas mengenai bukti empiris yang telah didapat. Data penelitian ini diperoleh dengan studi pustaka yang dianalisis menggunakan teori Relativisme Budaya yang menyatakan bahwa tidak ada budaya yang lebih baik daripada budaya lainnya. karena itu, tidak ada kebenaran atau kesalahan yang bersifat internasional di dalam suatu budaya.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Gerakan Assassin dengan sangat jelas membantu kaum Kristen dengan bukti percobaan pembunuhan Komandan Tentara Islam yaitu Salahuddin al-Ayyubi tetapi tidak terlaksana karena Gerakan Assassin hanya mengancamnya. Membunuh bisa disebut sebagai suatu budaya yang terjadi di lingkungan Gerakan Assassin yang berlandaskan patuh dan taat kepada pimpinan mereka yaitu Hasan Al-Sabbah. Perjanjian yang telah disepakati menjadi salah satu alasan yang membuat kaum Assassin membantu kaum Kristen. Kaum muslim menjadi target utama kaum Assassin, terutama para Imamah dan penguasa Islam yang dianggap oleh Hasan dapat memperlambat dakwahnya untuk menyebarkan ajaran Syiah Ismailiyah.

Kata Kunci: Perang Salib, Assassin, Hasan al-Sabbah, Relativisme Budaya, Syiah Ismailiyah.