Fenomena hoaks saat ini menjadi permasalahan yang serius bahkan darurat. Kian hari permasalahan mengenai penyebaran hoaks kian marak terjadi dan jumlahnya terus bertambah. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi, 92,06% sumber hoaks berasal dari media sosial, dengan media sosial penghasil terbanyak adalah Facebook. Terlebih dengan diselenggarakannya Pemilu serentak pada tahun 2019 yang menarik perhatian masyarakat. Salah satu cara menanggulanginya adalah dengan melakukan klarifikasi atas hoaks yang telah tersebar seperti yang dilakukan oleh Facebook Fanspage Indonesian Hoaxes. Namun tidak semua klarifikasi yang telah diberikan dapat diterima oleh masyarakat. Masyarakat memiliki pemahamannya masing-masing dalam menerima klarifikasi tersebut. Kemudian untuk mengetahui keefektifan dalam memberikan klarifikasi, diperlukan pengetahuan akan pemahaman-pemahaman apa saja yang diberikan oleh masyarakat.
Pemahaman masyarakat terhadap klarifikasi hoaks ini diteliti melalui komentar yang diberikan masyarakat terhadap unggahan klarifikasi hoaks pada Facebook Fanspage Indonesian Hoaxes. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan analisis isi deskriptif untuk melihat berbagai pemahaman yang diberikan oleh pembaca Facebook Fanspage Indonesian Hoaxes. Hal tersebut didasarkan pada teori studi resepsi oleh Stuart Hall. Pada teori tersebut pemahaman khalayak dibagi menjadi tiga, yakni domining reading, negtiated meaning, dan oppositional decoding. Namun peneliti menambahkan satu kategori, yakni tidak jelas.
Pada penelitian ini, ditemukan pemaknaan khalayak terbanyak dari komentar tersebut terdapat pada kategori tidak jelas. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang lebih berfokus pada hal-hal di luar klarifikasi. Sebagai contoh, masyarakat lebih berfokus kepada apa yang terjadi setelah adanya klarifikasi tersebut.

Kata Kunci: Hoaks, Klarifikasi Hoaks, Studi Resepsi, Pemahaman Khalayak