Penulis Utama : Langen Bronto Sutrisno
NIM / NIP : T151708002
×

Cabaret Show di kota Yogyakarta merupakan genre seni pertunjukan Indonesia modern yang menampilkan cross gender sebagai prioritas. Penelitian dilakukan sebagai upaya pemertahanan eksistensi cross gender yang mengalami kerentanan, tersudut posisinya, dan kurang mendapatkan ruang di muka publik. Berkembangnya isue miring tentang aktivitas cross gender menarik untuk diteliti. Aktivitas cross gender yang sesungguhnya telah menjadi tradisi berkesenian sejak lama, masih saja kehadirannya menimbulkan kontroversi di masyarkat. Hal inilah yang mendorong hadirnya pertunjukan cabaret show sebagai perlindungan atas stigma negatif dan tekanan dari masyarakat bahwa sesungguhnya aktivitas cross gender melalui berkesenian merupakan keterampilan positif dan bermanfaat bagi masyarakat. Namun demikian, aktivitas yang merupakan bentuk kreativitas berkesenian yang melebihi batas gender acap kali disalah artikan oleh masyarakat dominan, seni dianggap melawan norma kesopanan. Melalui norma gender dan konstitusi masyarakat, masyarakat masih menghendaki bagaimana keharusan bersikap dan berpenampilan sesuai dengan idealnya gender dan jenis kelaminnya. Kekakuan gender yang telah mentradisi dan budaya mendikte seni berdasarkan gendernya, melalui cabaret show gender lebih fleksibel sekaligus sebagai bentuk ideologi yang diperlihatkan melalui berkesenian. Mengamati persoalan-persoalan tersebut maka permasalahan yang perlu digali secara lebih mendalam yaitu tentang sebab-sebab pertunjukan cabaret show digunakan sebagai sarana ekspresi eksistensi pertunjukan cross gender di Yogyakarta, dinamika kehidupan cross gender dalam seni pertunjukan cabaret show di Yogyakarta, dan wujud pertunjukan cabaret show sebagai pemertahanan eksistensi cross gender di Yogyakarta.
Permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam cabaret show dibedah dengan menggunakan teori eksistensi Althusser (1969), ideologi Althusser (2014), dan gender performance dengan mengembangkan teori McNeal (1999). Teori eksistensi Althusser (1969) dipergunakan untuk menganalisis pemertahanan eksistensi cross gender melalui trik-trik keadaan yang bukan merupakan eksistensi yang sebenarnya namun terdapat sesuatu hal yang mewakili keberadaannya yaitu melalui cabaret show. Ideologi Althusser (2014) dipergunakan untuk menganalisis cabaret show yang merupakan hasil dari suatu ideologi. Penggunaan konsep gender performance dengan mengembangkan teori drag performance McNeal (1999) dipergunakan dalam menganalisis wujud cabaret show yang merupakan bagian dari pemertahanan eksistensi cross gender.
Penelitian tentang cabaret show ini mengembangkan pustaka teknikal dan non-teknikal (Strauss & Corbin, 2003) dimana penelitian didukung oleh penelitian terdahulu meliputi hasil penelitian, artikel, makalah, dan buku-buku yang relevan, serta pustaka non-teknikal berupa catatan lapangan, naskah, dan pengamatan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengamati permasalah melalui cara pandang kajian budaya dengan studi kasus tunggal terfokus sebagai model penelitiannya. Alat uji validitas data penelitian menggunakan triangulasi dan teknik analisis data penelitian menggunakan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (2016). Sumber data penelitian meliputi informan yang terdiri dari penggagas seni, artis cabaret show, pekerja seni, penonton, dan pengamat seni. Sumber data yang lain berupa pentas cabaret show dan beberapa dokumen terkait. Berdasarkan sumbernya, data penelitian ini berupa informasi verbal dari para informan, informasi tekstual dari dokumen, dan informasi visual dari pentas cabaret show.
Cabaret show sebagai ekspresi eksistensi pertunjukan cross gender di Yogyakarta antara lain sebagai bentuk aktualisasi diri kesenimanan masa lalu pelaku, aktualisasi diri kesenimanan pelaku yang memiliki kecerdasan mengeksplorasi gerak dan karakter, aktualisasi jiwa dan hasrat keperempuanan pelaku, melawan stigma negatif dan tekanan, serta pemenuhan kebutuhan hiburan malam kota Yogyakarta. Alasan aktualisasi keseniman masa lalu pelaku memperlihatkan adanya ideologi berupa eksposisi abstrak dan konkrit. Aktualisasi diri dari kesenimanan pelaku yang memiliki kecerdasan mengeksplorasi gerak dan karakter memperlihatkan adanya ideologi dengan melakukan fantasi yang terwujud dalam gerak dan karakter. Aktualisasi jiwa dan hasrat keperempuanan pelaku memperlihatkan adanya ideologi yang searah-berkebalikan. Melawan stigma negatif dan tekanan dilawan dengan memperlihatkan keterampilan lebih dan menjadi trend melalui berkesenian. Pemenuhan kebutuhan hiburan malam kota Yogyakarta memperlihatkan ekspresi dinamisnya kehidupan masyarakat kota dalam memenuhi kebutuhan akan hiburan.
Kehidupan pelaku seni cross gender mengalami dinamika pasang dan surut. Kondisi-kondisi pasang pelaku seni cross gender antara lain tersalurnya kebebasan berekspresi dan keberterimaan masyarakat akan kehadirannya. Sementara kondisi-kondisi surut pelaku seni cross gender antara lain bahwa kehadirannya di masyarakat memperoleh pandangan negatif dan dianggap melawan. Di balik pasang-surut dinamika kehidupan pelaku seni cross gender tersebut pada dasarnya kondisi pasang didasari pada gaya performance sebagai jalan untuk memperoleh pengakuan masyarakat, sementara kondisi-kondisi surut pelaku seni cross gender dikarenakan gaya performance sebagai fantasi pembebasan dan perlawanan dari berbagai tekanan dan pandangan negatif. Bentuk perlawanan tersebut antara lain dapat diamati dari sikap atau perilaku dan dapat pula diamati dari bentuk seni pertunjukannya.
Bentuk pertunjukan cabaret show sebagai pemertahanan eksistensi cross gender dapat diamati melalui elemen-elemen pembentuk seni. Kebebasan berekspresi yang melampaui batas gender pemeran cross gender ternyata merupakan elemen pembentuk seni yang dapat membangun terbentuknya pertunjukan cabaret show. Elemen-elemen tersebut antara lain terlihat pada; ekspresi gerak, peran dan gaya, tata rias busana, praktik lip sync, serta pencahayaan yang membantu mengekspos peran cross gender. Berbagai elemen yang menonjolkan peran cross gender tersebut didasari; 1) cabaret show merepresentasikan ideologi abstrak dan konkrit, 2) cabaret show merepresentasikan alat perlawanan, serta 3) cabaret show merepresentasikan sarana interpelasi. Sesuai hal-hal tersebut, maka pemertahanan eksistensi cross gender diperlukan; strategi penyamaran-kamuflase (disguise-camouflage strategy), strategi negosiasi dalam elemen dan domain secara dinamis (negotiation strategies in dynamic elements and domains), dan strategi fleksibilitas gender (gender flexibility strategy).
Dari uraian tersebut memperlihatkan bahwa cabaret show sebagai sarana ekspresi pelaku seni cross gender tidak terlepas dari adanya potensi, baik potensi historik maupun potensi kreatif. Presentasi dari potensi historik dan potensi kreatif tersebut menunjukkan ideologi akan gendernya sebagai laki-laki perempuan (laper). Perjalanan kreativitas seni cross gender begitu dinamis yaitu mengalami pasang surut. Tersalurnya hasrat keperempuanan pelaku seni dan keberterimaan akan kehadirannya di masyarakat tidak mampu melawan stigma negatif. Hal yang dilakukannya berupaya menolak dan hadir sebagai layaknya perempuan dengan tindakan yang lebih berani dan ekstrim, serta bebas bergerak di atas panggung pentas. Pelaku ini tidak saja menyuguhkan realitas tetapi membentuk konstruk realitas diri di hadapan sosial masyarakat. Kostruk realitas tersebut antara lain pelaku seni ini hadir melalui suatu pertunjukan cabaret show dengan didukung elemen kebebasan berekspresi yang melebihi batas gender sebagai pemertahanan eksistensinya. Pemertahanan eksistensi melalui pertunjukan cabaret show dilakukan dengan mengembangkan pola-pola yang sistemik didasari personaliti yang khas, model yang berbeda, kondisi sosial dan budaya sekitar, dan teknik penyelenggaraan yang sesuai. Pemertahanan eksistensi cross gender di Yogyakarta antara lain dilakukan dengan melakukan kreativitas berkesenian yaitu melalui pertunjukan cabaret show. Model pemertahanan dilakukan dengan menerapkan strategi yang meliputi; strategi penyamaran-kamuflase (disguise-camouflage strategy), strategi negosiasi dalam elemen dan domain secara dinamis (negotiation strategies in dynamic elements and domains), dan strategi fleksibilitas gender (gender flexibility strategy).

Kata Kunci?Cabaret Show, pemertahanan eksistensi, cross gender, Yogyakarta

 

×
Penulis Utama : Langen Bronto Sutrisno
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : T151708002
Tahun : 2021
Judul : Cabaret Show: Pemertahanan Eksistensi Cross Gender di Yogyakarta
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2021
Program Studi : S-3 Kajian Budaya
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana-T151708002
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Disertasi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Sahid Teguh Widodo, S.S., M.Hum., Ph.D
2. Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum.
3. Prof. Dr. Warto, M.Hum
Penguji :
Catatan Umum : Lamp unpublish
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
Halaman Awal : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Halaman Cover : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB I : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB II : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB III : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB IV : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB V : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB Tambahan : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Daftar Pustaka : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Lampiran : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.