×
Nanosilver merupakan salah satu nanopartikel logam yang telah digunakan di seluruh dunia dalam bidang medis karena memiliki sifat antibakteri dan plasmonik yang sangat baik. Nanosilver diketahui memiliki kemampuan imunomodulator sebagai imunostimulator pada dosis 4 mg/kgBB. Dalam mensintesis nanosilver, inulin digunakan sebagai bioreduktor karena lebih ramah lingkungan dan ekonomis dibandingkan dengan metode kimia dan fisika. Namun, belum diketahui efek ketoksikan akut nanosilver dengan bioreduktor inulin dalam dosis yang sangat tinggi. Maka diperlukan uji toksisitas akut dengan parameter utama nilai LD50 dan parameter lain yaitu gejala ketoksikan dan profil semikuantitatif histologi organ ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis nanosilver dengan bioreduktor inulin umbi gembili (Dioscorea esculenta L.) yang menghasilkan LD50, serta pengamatan gejala ketoksikan dan profil semikuantitatif histologi organ ginjal pada mencit Balb-C. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental di laboratorium. Tahap yang dilakukan adalah pengajuan ethical clearence, proses biosintesis nanosilver, karakterisasi nanosilver, penentuan kelompok hewan uji, penentuan dosis, penyiapan hewan uji, uji toksisitas akut, pengamatan fisik gejala ketoksikan terhadap hewan uji, dan pengamatan profil semikuantitatif histologi organ ginjal. Hasil penelitian menunjukkan nanosilver inulin umbi gembili menyebabkan kematian pada dosis 64 dan 256 mg/kgBB namun belum mencapai nilai LD50. Terdapat gejala ketoksikan yang muncul seperti lemas, susah napas, dan nafsu makan berkurang. Pengamatan pada profil semikuantitatif histologi organ ginjal menunjukkan perubahan yang signifikan (sig. < 0> 0,05) berupa kongesti. Kerusakan reversible berupa kongesti dan perdarahan intratubular, sedangkan kerusakan irreversible berupa nekrosis.