Penulis Utama : Sujatmiko
NIM / NIP : T111808009
×

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan jenis ungkapan pitutur luhur Jawa yang terkandung dalam buku Butir-Butir Budaya Jawa (BBBJ), (2) mendeskripsikan struktur bahasa yang membentuk setiap jenis ungkapan pitutur luhur Jawa dalam buku BBBJ, (3) mendeskripsikan teknik penerjemahan yang diterapkan penerjemah dalam menerjemahkan setiap jenis ungkapan pitutur luhur Jawa dalam buku BBBJ, (4) mendeskripsikan pergeseran bentuk dan makna terjemahan yang terjadi dalam menerjemahkan setiap jenis ungkapan pitutur luhur Jawa dalam buku BBBJ, dan (5) mendeskripsikan dampak penerapan teknik penerjemahan yang diterapkan penerjemah terhadap kualitas terjemahan buku BBBJ.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mendeskripsikan jenis ungkapan pitutur luhur Jawa dan struktur bahasanya, teknik penerjemahan, pergeseran penerjemahan yang terjadi dan dampak penerapan teknik penerjemahan yang diterapkan terhadap kualitas terjemahan buku BBBJ. Sumber data berupa dokumen yaitu buku BBBJ dan sumber data berupa manusia yaitu rater dan pakar penerjemahan. Data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer terdiri atas data linguistik dan data penerjemahan. Data linguistik berupa jenis-jenis ungkapan pitutur luhur Jawa dan struktur bahasanya. Data penerjemahan berupa teknik penerjemahan, pergeseran bentuk dan makna terjemahan dan dampak penerapan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan buku BBBJ. Data primer diperoleh dari buku BBBJ berupa bahasa Jawa sebagai bahasa sumber (L1), bahasa Indonesia sebagai terjemahan pertama (L2), dan bahasa Inggris sebagai terjemahan kedua (L3). Data primer divalidasi melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan para rater dan pakar penerjemahan terkait dengan penerapan teknik penerjemahan dan penilaian kualitas terjemahan. Data sekunder diperoleh dari informasi hasil penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini. Data penelitian dianalisis dengan analisis domain, taksonomi, komponensial dan analisis tema budaya.
Temuan pertama menunjukan bahwa terdapat 2 jenis ungkapan pitutur luhur Jawa dalam buku BBBJ yaitu (1) ungkapan pitutur luhur Jawa tanpa basa rinengga  (pitutur luhur Jawa biasa) dan (2) ungkapan pitutur luhur Jawa dengan basa rinengga yaitu paribasan, bebasan, pepindhan, isbat dan tembung entar. Temuan kedua, struktur bahasa yang membentuk ungkapan pitutur luhur Jawa satuan lingualnya berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk dan sub-subnya seperti kalimat tunggal imperatif, kalimat tunggal imperatif dengan sing-, kalimat majemuk koordinatif, kalimat majemuk subordinatif, kalimat majemuk koordinatif imperatif, dan kalimat majemuk subordinatif imperatif. Temuan ketiga, 17 teknik penerjemahan diterapkan dalam menerjemahkan ungkapan pitutur luhur Jawa biasa dari L1 ke L2 dan 18 teknik penerjemahan dari L2 ke L3. Paribasan dari L1 ke L2 diterjemahkan dengan 7 teknik penerjemahan, dan 9 teknik penerjemahan dari L2 ke L3. Bebasan dari L1 ke L2 diterjemahkan dengan 7 teknik penerjemahan dan 8 teknik penerjemahan dari L2 ke L3. Pepindhan dari L1 ke L2 diterjemahkan dengan 8 teknik penerjemahan dan 11 teknik penerjemahan dari L2 ke L3. Isbat dari L1 ke L2 diterjemahkan dengan 4 teknik penerjemahan dan 3 teknik penerjemahan dari L2 ke L3. Tembung entar dari L1 ke L2 dan dari L2 ke L3 masing-masing diterjemahkan dengan 4 teknik penerjemahan. Temuan keempat, terjadi pergeseran bentuk dan makna ungkapan pitutur luhur Jawa baik dalam L2 maupun L3. Pergeseran bentuk misalnya bentuk ungkapan pitutur luhur Jawa biasa pada L1 diterjemahkan ke dalam L2 menjadi bentuk nasihat, tetapi diterjemahkan ke L3 berubah menjadi bentuk peribahasa (proverb). Pergeseran bentuk yang lain misalnya bentuk paribasan dan bebasan pada L1 bergeser bentuknya menjadi bentuk nasihat biasa pada L2 dan L3. Terjadinya pergeseran bentuk selain perbedaaan struktur bahasa dan budaya antara kedua bahasa, faktor lain misalnya penerjemah yang kemungkinan tidak mengetahui ada padanan sejenis dalam bahasa sasaran, atau memang di dalam bahasa sasaran, tidak ada padanan yang sejenis. Sementara itu, pergeseran makna terjadi misalnya terjemahan L2 atau L3 menjadi kurang akurat pesannya yang dipengaruhi oleh penerapan teknik penerjemahan tertentu misalnya reduksi, kreasi diskursif, peminjaman murni yang berdampak pada kualitas terjemahan. Temuan kelima yaitu teknik penerjemahan baik L1 ke L2 maupun L2 ke L3 berdampak positif terhadap kualitas terjemahan. Rata-rata kualitas terjemahan ungkapan pitutur luhur Jawa dari L1 ke L2 adalah 2,96 yang dapat dimaknai bahwa kualitas terjemahannya hampir sempurna, makna kalimat atau teks bahasa sumber dialihkan secara akurat dan hanya sedikit masalah dengan distorsi makna, terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang digunakan lazim dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa, dan kalimat yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia dan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Rata-rata kualitas terjemahan ungkapan pitutur luhur Jawa dari L2 ke L3 adalah 2,71 yang dapat dimaknai bahwa kualitas terjemahannya hampir sempurna, namun masih terdapat makna kalimat atau teks bahasa sumber yang dialihkan secara kurang akurat dan terdapat banyak masalah dengan distorsi makna yang mengganggu keutuhan pesan misalnya penerjemahan penanda derajat imperatif yang berbeda kekuatan imperatifnya pada terjemahan L3 yang berdampak pada terjemahan menjadi kurang akurat pesannya dan berdampak pada skor keseluruhan kualitas terjemahannya. Tetapi, terjemahan bahasa Inggris (L3) terasa alamiah; istilah teknis yang digunakan lazim dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa, dan kalimat yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Inggris dan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Asumsi negatif terhadap praktik terjemahan berantai patah dalam penelitian ini ketika penerjemah L3 tidak hanya bergantung pada L2, tetapi juga melihat L1.
Secara implikatif ditemukan bahwa (1) teknik penerjemahan adisi dan eksplisitasi harus di pisah karena memiliki dampak dan realitas yang berbeda terutama jika dikaitkan dengan keakuratan pesan dan tidak menggunakan satu istilah payung yaitu amplifikasi. demikian juga dengan reduksi dan implisitasi yang harus di pisah, dan (2) sebaiknya penerjemah terjemahan berantai tidak hanya bergantung pada L2, tetapi sebaiknya mempunyai akses ke L1 agar asumsi negatif terhadap terjemahan berantai tidak terjadi.  

Kata Kunci: Terjemahan Berantai, Butir-Butir Budaya Jawa, Teknik Penerjemahan, Pergeseran Bentuk dan Makna Terjemahan, Kualitas Terjemahan.

 

×
Penulis Utama : Sujatmiko
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : T111808009
Tahun : 2021
Judul : Kajian Terjemahan Berantai (Relayed Translation) Ungkapan Pitutur Luhur Jawa dalam Buku Butir-Butir Budaya Jawa
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2021
Program Studi : S-3 Linguistik (Deskriptif)
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana-T111808009
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Disertasi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Dr. M.R. Nababan, M.Ed, M.A, Ph.D
2. Prof. Dr. Djatmika, M.A.
3. Dr. H. Supana, M.Hum.
Penguji :
Catatan Umum : Lamp unpublish
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
Halaman Awal : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Halaman Cover : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB I : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB II : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB III : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB IV : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB V : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB Tambahan : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Daftar Pustaka : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Lampiran : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.