Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Kabupaten Sukoharjo merupakan sentra produksi padi tertinggi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2022 sehingga penduduknya mayoritas bekerja sebagai petani. Pembentukan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) sebagai upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan dan sebagai usaha ekonomi produktif bertujuan agar kelompok tani mampu mengelola hasil produksi gabah menjadi beras sehingga menjadi keuntungan ekonomi bagi para petani. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo membentuk 10 program LPM yang memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan petani padi dengan menstabilkan pendapatan usahatani padi dan harga jual gabah, mempermudah pemasaran, dan menjamin ketersediaan pangan daerah. Terpilih lokasi LPM lama yaitu LPM Ayem Tentrem di Desa Kedungsono dan LPM baru yaitu LPM Sri Makmur di Desa Sapen yang dapat mewakili seluruh LPM yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat setempat terhadap keberadaan LPM dan mengetahui pengaruh adanya program LPM di Kabupaten Sukoharjo terhadap pendapatan usahatani padi.

Metode dasar penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian di LPM Ayem Tentrem di Desa Kedungsono, Kecamatan Bulu dan LPM Sri Makmur di Desa Sapen, Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) Analisis Pendapatan Usahatani dan (2) Analisis Regresi Linier Berganda untuk mengetahui pengaruh LPM terhadap pendapatan usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo.

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan usahatani padi pada masa tanam ke-2 di Desa Kedungsono oleh petani anggota LPM di sebesar Rp5.101.167/ha/musim sedangkan petani bukan anggota LPM sebesar Rp5.889.151/ha/musim. Rata-rata pendapatan usahatani padi pada masa tanam ke-2 di Desa Sapen oleh petani anggota LPM sebesar Rp11.206.671/ha/musim sedangkan petani bukan anggota LPM sebesar Rp5.992.441/ha/musim. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel luas lahan dan biaya produksi secara individu berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo. Variabel proprosi GKP yang dijual di LPM secara individu tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo. Tidak ada perbedaan pendapatan usahatani padi antara status operasional LPM lama dan status operasional LPM lama baru. Status petani sebagai anggota LPM mendapatkan pendapatan usahatani padi yang lebih tinggi Rp1.323.158,837 dari status petani bukan anggota LPM.