Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya ragam usaha berebahan dasar kayu di Kabupaten Sragen, salah satunya di Kecamatan Kalijambe. Banyaknya pelaku usaha berbahan kayu sehingga menimbulkan beragam profesi salah satunya pengusaha mebel yang berjalan dengan bentuk mengelompok atau cluster yang terdapat banyak aktivitas maupun interaksi antar pengusaha mebel maupun aktor lain didalam usaha mebel khususnya di Dusun Pilangsari, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberjalanan usaha mebel serta menganalisis keterlekatan sosial antar pengusaha mebel di Dusun Pilangsari. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif guna melihat permasalahan yang terjadi dilapangan, sehingga pendekatan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data berasal dari wawancara secara terstruktur dan terbuka dengan sumber data utama yaitu enam pengusaha mebel. Sedangkan, data lainnya bersumber dari observasi dan dokumentasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan model analisis data tematik yakni memahami data, Menyusun kode, dan mencari tema. Berdasarkan hasil penelitian, data disimpulkan bahwa terdapat keterlekatan sosial antar pengusaha mebel baik dalam merintis hingga keberjalan dengan berbagai aktor maupun peran didalam usaha. (1) Keterlekatan relasional terjadi antara pengusaha mebel dengan instansi simpan pinjam atau bank dan keluarga, serta pengusaha mebel mengalami penurunan omset dikarenakan semenjak Covid-19. (2) Keterlekatan relasional antar pengusaha mebel terjadi dalam hal kegiatan perdagangan, sedangkan keterlekatan struktural terjadi dalam hal kegiatan kemasyarakatan (3) Keterlekatan relasional terjadi antara pengusaha mebel dengan pengrajin yang dibagi menjadi dua kategori yakni lokal dan luar, serta dengan konsumen yang juga terbagi menjadi dua yakni pemakai dan pengepul. Serta tidak terdapat keterlekatan struktural didalamnya. (4) Terdapat keterlekatan sosial yang kuat (over embedded) pada pengusaha mebel dimana ditunjukkan dengan budaya kerjasama ‘nempil’ dan persaingan ‘jlok-jlokan’ yang memperkuat adanya konsep kubu oversocialized. (4) Peran pengusaha mebel dengan adanya keterlekatan sosial yang terjalin dengan kuat diwujudkan dengan adanya peran pengusaha mebel dalam semua ranti tindakan ekonomi yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi sehingga memperkut hasil analisis bahwa pengusaha mebel tidak dapat berjalan sendiri dalam merintis hingga memajukan usahanya dikarenakan terdapat keterlekatan sosial dalam usaha mebel di Dusun Pilangsari, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.