Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan : (1) perkembangan industri batik Girilayu dilihat dari segi motif batiknya, (2) perkembangan industri batik Girilayu dilihat dari segi strategi pemasarannya, (3) perkembangan industri batik Girilayu dari segi produksi yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis dengan tahapan yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber data yang digunakan adalah sumber primer dan sekunder. Sumber primer berupa dokumentasi foto motif – motif batik dan jumlah pembatik. Sedangkan sumber sekunder berupa buku – buku, jurnal dan penelitian yang relevan . Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis historis dengan pendekatan etnografi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pada mulanya motif batik di desa Girilayu belum ada karena motif yang dihasilkan sudah ditentukan oleh pihak perusahaan Solo. Hal ini karena pembatik Girilayu bekerja sebagai buruh setengah jadi. Kemudian pada tahun 2006 setelah berdirinya industri batik pertama yaitu usaha Batik Wahyu Sari di desa Girilayu, mulai memproduksi motif batik sendiri namun motifnya mengikuti motif yang sudah ada seperti motif kanthil, udan liris dan truntum.  Adapun usaha batik ini juga menerima moti campuran dan modern. Setelah itu pada tahun 2013, muncul motif dengan ciri khas desa Girilayu yaitu motif batik tri dharma. Motif ini memvisualisasikan kondisi dan keadaan di desa Girilayu. (2) Strategi pemasaran mulai ada ketika industri batik pertama kali muncul di Desa Girilayu pada tahun 2006. Sebelumnya tidak ada karena tahap membatik hanya sampai tahap pencantingan sedangkan lainnya menjadi urusan perusahaan batik. Pada tahun 2006 industri batik milik Ibu Sugiyem melakukan sosialisasi pada pertemuan ibu-ibu, mengikuti pelatihan, pameran dan menyediakan pelayanan jasa membatik untuk anak sekolah dan umum. Sedangkan pada tahun 2013 dengan bantuan desa vokasi batik sudah dibentuk tim pemasaran untuk menjual produk batik khas desa Girilayu (3) Produksi batik sebelumnya hanya sampai tahap pencantingan yang mana pembatik membawa 2-3 kain yang sudah di pola untuk dibawa pulang dan dicanting, ketika sudah selesai dikembalikan lagi kepada pengusaha batik. Kemudian pada tahun 2006, industri batik milik Ibu Sugiyem mampu menghasilkan 10 kain batik per hari. Namun tergantung juga dengan jumlah pesanan yang diminta. Kemudian pada tahun 2013, karena ada tim pemasaran desa vokasi batik, tidak ada batik yang tidak terjual karena sistem pembuatannya bisa melalui tim pemasaran untuk kemudian dikerjakan bersama dengan masyarakat yang terpilih sebagai warga binaan desa vokasi batik.