Risiko dapat muncul dalam segala bentuk dan macam, tidak terkecuali pada bidang konstruksi. Termasuk pada proses pembangunan Gedung Magna One Kota Surabaya ini. Risiko yang dapat muncul pada proses pembangunan memiliki tingkat risiko yang dinilai tinggi, karena juga berkaitan dengan nyawa sekaligus keberhasilan dari suatu proyek itu sendiri. Sehubungan dengan itu dibutuhkan sebuah manajemen risiko yang baik untuk meminimalisir segala peluang munculnya risiko. Manajemen risiko tersebut bertujuan untuk merencanakan solusi dan meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari sebuah risiko, sehingga proses pembangunan dapat terwujud. Terdapat beberapa metode untuk melaksanakan analisis risiko, salah satunya yakni House of Risk. Tujuan dilakukannya manajemen risiko adalah memberikan strategi penanganan yang diharapkan dapat meminimalisir risiko yang muncul. Dari hasil analisis terdapat 8 risiko prioritas yakni QC tidak melakukan pengecekan, tidak dilakukan perawatan pada beton, campuran pada beton tidak sesuai, agregat pada beton tidak sesuai, dan pendsitribusian beton melebihi waktu pengiriman, supplier baja yang berubah, placingboom bermasalah, dan pengecoran tetap dilakukan saat hujan. Dan dipilih 13 urutan strategi penanganan sebagai berikut membuat schedule pengecekan, pembuatan ijin kerja, melakukan slump test dan pengujian laboratorium untuk beton, mewajibkan dokumentasi saat kegiatan pengecoran, pelampiran printout batcher dari supplier beton, permintaan sieve analysis dari supplier, melakukan sidak / kunjungan ke batching plan, pengecoran wajib dilakukan pada malam hari, melayangkan surat protes kepada supplier, penerapan manajemen waktu pada proyek, pemberian sanksi pada pelanggar, melakukan tes uji tiap baja datang, dan memberikan pelatihan ke supervisor dan pekerja.