×
Kota Surakarta sempat menempati urutan ke dua dengan kasus prevalensi stunting tertinggi di Jawa Tengah di awal tahun 2021 silam. Kasus stunting dan gizi kurang terus menjadi perhatian pemerintah Kota Surakarta. Disebabkan adanya faktor multi dimensi sehingga memerlukan intervensi gizi spesifik dan sensitive untuk menanganinya. Hal tersebut penting dilakukan guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, terlebih pada tahun 2030 diperkirakan terjadi tantangan puncak bonus demografi. Tujuan dari penelitian ini yaitu melihat peran keluarga dan kehidupan bertetangga terkait dengan bahaya stunting dan gizi kurang serta peran yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta menuju zero stunting. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teori Neighborhood Unit yang diusung oleh Clarence Arthur Perry digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan di Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Gilingan sebagai wilayah dengan kasus balita pendek (TB/U) dan balita gizi kurang (BB/U) tertinggi tahun 2021 di Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini yaitu, 1) Kurangnya penerapan peran dan fungsi keluarga terkait dengan permasalahan gizi balita dalam keluarga terlebih pada fungsi reproduksi, afeksi, dan ekonomi serta proteksi. Di samping itu masyarakat terdekat atau tetangga memiliki kepedulian dan dukungan yang besar dalam menerapkan Jogo Tonggo di Kota Surakarta guna membantu percepatan penurunan stunting dan gizi kurang pada balita. 2) Pemerintah masih terus mengupayakan penanganan stunting dan gizi kurang dengan membangun kerja sama dan sinergitas dengan lintas sektor baik secara spesifik maupun sensitif, meskipun hingga saat ini zero stunting belum dapat tercapai.