Konflik sungai lintas batas di Sungai Nil antara Etiopia dan Mesir, memperlihatkan bagaimana struktur sosial dan hubungan kekuasaan telah memberikan kontribusi terhadap konflik tersebut. Pembangunan The Grand Ethiopian Renaissance Dam membawa kembali perdebatan atas kontrol sumber daya air di aliran Sungai Nil. Mesir secara historis memegang posisi dominan di wilayah tersebut dan telah mempertahankan hegemoni dan pengaruhnya atas Sungai Nil melalui sistem pengaturan hukum dan politik kolonial, dengan Sudan. Alhasil, menciptakan struktur sosial yang memposisikan Mesir sebagai penerima manfaat utama sumber daya air Sungai Nil. Namun, pembangunan bendungan GERD oleh Etiopia muncul sebagai penantang hegemoni dan mengganggu hubungan kekuasaan di wilayah tersebut. Etiopia melihat GERD sebagai komponen penting dari pembangunan dan kedaulatannya, sementara Mesir memandangnya sebagai ancaman terhadap keamanan airnya. Teori neo-Gramscian oleh Robert W. Cox membantu memahami bagaimana hubungan kekuasaan dan struktur sosial berkontribusi pada konflik serta menganalisis lebih mendalam upaya counter-hegemony yang dilakukan oleh Etiopia dalam mengamankan kepentingan nasionalnya. Penggunaan konsep hydro-hegemony diperlukan dalam penelitian ini untuk memberikan pandangan yang lebih akurat khususnya dalam melihat strategi dan taktik yang digunakan dalam kasus sungai lintas batas yang berbeda dari kasus hegemoni pada umumnya. Penerapan kerangka berpikir teori dibantu dengan pemetaan strategi melalui konsep akan memberikan penelitian yang lebih mendalam serta dapat melihat upaya yang dilakukan Etiopia dalam menantang hegemoni kawasan.