Produksi sumber energi baru terbarukan sangat dibutuhkan karena semakin menipisnya pasokan energi terutama berbasis fosil dan bahan bakar nuklir. Fenomena ini menunjukkan pentingnya pengembangan energi terbarukan. Salah satu desa di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah telah mengembangkan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengembangan energi terbarukan tersebut berasal dari kotoran sapi yang diolah menjadi biogas. Latar belakang pengembangan Desa Mandiri energi yang dikembangkan di Desa Mundu Kecamatan Tulung yaitu adanya potensi limbah kotoran sapi yang banyak. Kotoran sapi jika tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik akan memunculkan berbagai masalah. Desa Mundu telah mendapatkan pendampingan dari LPTP dan beberapa bantuan dari pemerintah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi, menggunakan panduan wawancara. Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling. Informan dalam penelitian ini meliputi kepala desa, ketua ternak, pengurus dan anggota Kelompok peternak, Penyuluh, stakeholder instansi pemerintah terkait dan pendamping dari LSM LPTP. Teknik analisis penelitian melakukan reduksi data, menampilkan data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Proses pemberdayaan masyarakat di Desa Mundu melalui tiga tahapan. 1) penyadaran dilakukan melalui pencerahan tentang manfaat dan potensi biogas. 2) pengkapasitasan yang terdiri dari pengkapasitasan manusia, pengkapasitasan organisasi dan pengkapasitasan sistem nilai. 3) Pemberdayaan, yaitu memberikan wewenang kepada masyarakat dalam mengelola biogas secara mandiri.  Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam bentuk ide, harta benda dan tenaga. Hasil pemberdayaan yang mencakup beberapa aspek kehidupan antara lain bidang kesehatan, pertanian, lingkungan, social dan ekonomi. Faktor keberhasilan dalam mengembangkan Energi Terbarukan yaitu dukungan dan kerjasama dengan berbagai institusi, partisipasi, pola pikir masyarakat yang terbuka, keterlibatan langsung dalam kegiatan, penerapan prinsip transparansi dan komunikasi serta tersedianya bahan baku yang melimpah. Selain itu juga didorong oleh harga bahan bakar minyak yang semakin mahal dan langka. Sedangkan yang menjadi faktor penghamba adalah kurangnya pendanaan dan keraguan dari beberapa orang. Namun, masyarakat merasa bangga dengan pengembangan energi terbarukan yang membuat kualitas hidup mereka meningkat. Selain itu, desa juga telah mendapatkan beberapa penghargaan, sehingga banyak pengunjung dari luar daerah yang datang ke desa tersebut. Selanjutnya, masyarakat berkeinginan untuk mengembangkannya menjadi desa wisata mandiri energi di masa mendatang.