Film merupakan media hiburan yang hadir di Indonesia sejak tahun 1900. Diawali dengan diputarnya film dokumenter yang kemudian berkembang pesat menjadi film cerita panjang. Film produksi masyarakat Indonesia mulai ada pada tahun 1950, melalui karya Usmar Ismail, Darah dan Doa. Namun, perkembangan perfilman Indonesia tidak berjalan mulus seperti harapan para sineas. Banyak problematika yang mempengaruhi pertumbuhan perfilman Indonesia. Dengan dua rumusan masalah 1) Bagaimana kondisi perfilman di Indonesia pada tahun 1974-2000?, 2) Problematika apa saja yang mempengaruhi perfilman di Indonesia pada tahun 1974-2000?.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis yang terdiri dari lima tahap yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), interpretasi: analisis dan sintesis, dan penelitian. Dengan memanfaatkan sumber sezaman sebagai sumber utama, penelitian ini menggunakan surat kabar dan majalah yang diterbitkan tiap minggu, diantaranya adalah Rakyat Merdeka, Yudha Sport & Film, Kompas, Buletin Sinetron, Merdeka Minggu, Minggu Indonesia Raya, Republika, Pos Film, Minggu Angkatan Bersenjata, Warta Kota, Sinar Pagi Minggu, Sinar Harapan dan Suara Pembaruan. Penelitian ini juga menggunakan arsip-arsip surat-surat resmi dari Lembaga Pemerintah seperti Surat Keputusan Kementrian Penerangan, Surat Keputusan Presiden dan Program Pembinaan Film Nasional.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi perfilman Indonesia dipengaruhi oleh Politik, Sosial dan Ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1974-200 sehingga menyebabkan problematika terhadap kondisi perfilman di Indonesia pada tahun tersebut. Sedangkan kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama, kondisi perfilman di Indonesia tahun 1974-2000 mengalami pasang surut yang dipengaruhi oleh situasi politik, sosial dan ekonomi. Kedua, dinamika perfilman Indonesia dipengaruhi oleh problematika yang dihadapi. Problematika tersebut adalah impor film yang tidak terkendalikan, kualitas dan kuantitas film nasional yang tidak dapat bersaing, serta pemerintah yang terlalu mendominasi film nasional melalui kebijakan-kebijakannya.