×
Perkembangan Kampung Beting yang kurang memperhatikan keberlanjutan, keterbatasan lahan dan tingkat urbanisasi menyebabkan kawasan yang berada di sekitar tepian Sungai Kapuas mengalami penurunan kualitas. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah munculnya kawasan kumuh, rendahnya kualitas infrastruktur permukiman, hingga permasalahan sosial perkotaan. Jika dilihat dari potensinya, Kampung Beting merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis budaya dan sosial dan juga mencirikan sejarah peradaban di Kota Pontianak. Program penanganan yang dilakukan oleh pemerintah setempat mengupayakan perubahan terhadap kondisi fisik dan sosial kawasan Kampung Beting. Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif metode studi kasus. Akan tetapi, pembangunan yang diupayakan pemerintah sangat kontradiktif dengan karakter sosial ekonomi yang membudaya di kawasan kampung, Budaya ‘informality economy’ dianggap sebagai mata pencaharian menjanjikan bagi masyarakat Kampung Beting. ‘Informality economy’ merupakan salah satu alasan masyarakat ‘acuh tak acuh’ dalam merespon program pembangunan kampung sebagai kawasan wisata. Karakter tersebut berbanding lurus dengan modal sumber daya manusia yang rendah, masyarakat merasa bahwa kedepannya keberadaan kampung wisata air tidak dapat memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan hidup. Begitupun dengan program pembangunan fisik yang belum menunjukkan karakter permukiman waterfront heritage. Minimnya fasilitas pendukung sebagai komponen atraktif kawasan wisata, seperti kinerja ruang terbuka dan kinerja transportasi, berdampak terhadap minimnya alternatif pilihan destinasi wisata. Jika sumber daya fisik sudah memadai, tetapi tidak diikuti dengan sumber daya manusia yang memadai pula maka akan menghasilkan kemampuan yang rendah terhadap pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya fisik yang dimiliki. Kebertahanan karakter Kampung Beting sebagai permukiman waterfront heritage saat ini menunjukkan kebertahanan yang rendah.