Permintaan bahan bakar yang meningkat menyebabkan penggunaan batubara di Indonesia mengalami peningkatan. Penggunaan batu bara berdampak terhadap meningkatnya jumlah limbah padat yang dihasilkan berupa FABA (Fly ash Bottom Ash) yang bersifat berbahaya (B3). Fly ash memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sekaligus mengurangi dampak terhadap pencemaran lingkungan. Tingginya kandungan SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 dalam fly ash memungkinkan fly ash untuk diolah pada sektor penyimpanan energi listrik yaitu sebagai baterai lithium-ion (Li-Ion). Kandungan SiO2 yang tinggi dapat digunakan sebagai bahan pembuatan material silikon, di mana silikon digunakan sebagai komposit material aktif anoda baterai lithium-ion. Pembuatan material silikon yang digunakan yaitu (i) ekstraksi SiO2 dari limbah fly ash, (ii) presipitasi SiO2 menggunakan CH3COOH, (iii) reduksi SiO2 menjadi silikon, (iv) pemurniah silikon dengan HCl. Metode ini digunakan karena sederhana dan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan.

Uji XRD menunjukkan adanya fase silikon yang disertai impuritas berupa Mg. Pada uji FTIR menunjukkan adanya gugus senyawa berupa Si-OH dan SI-O. Pada uji SEM-EDX serta mapping menunjukkan bahwa material silikon memiliki morfologi butiran yang tidak terstruktur dangan tekstur kasar. Ukuran partikel silikon melalui pengolahan dengan software ImageJ didapatkan ukuran partikel dengan ratarata <500>mapping menunjukkan persebaran atom Si, O, dan Mg tersebar secara merata. Pada uji elektrokimia baterai Li-Ion dengan anoda komposit silikon 5% dan katoda NMC811 diperoleh kapasitas spesifik charge sebesar 600 mAh/gram dan kapasitas spesifik discharge sebesar 473,56 mAh/gram yang mana lebih besar dari kapasitas teoritis baterai dengan anoda grafit sebesar 372 mAh/gram.