Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah yang kurang baik dapat menimbulkan dampak penurunan kualitas lingkungan  udara, air, tanah, dan kesehatan masyarakat. Di dalam area TPA terdapat tenaga kerja yang melakukan aktifitas dalam pengelolaan sampah, yaitu petugas TPA dan pemulung. Mereka berpotensi terpapar kondisi lingkungan berbahaya yang berasal dari tumpukan sampah. Hal ini berpotensi terjadinya kecelakaan kerja pada pemulung TPA. Penelitian ini bertujuan : (1) menganalisis manajemen TPA; (2) menganalisis kondisi lingkungan berbahaya yang berpotensi terpajan ke pemulung  TPA; (3) Menganalisis peralatan yang berpotensi menimbulkan risiko kecelakaan kerja pada pemulung TPA; (4) menganalisis beban kerja yang berpotensi menimbulkan risiko kecelakaan kerja pada pemulung TPA; (5) Menganalisis kondisi lingkungan sosial yang berpotensi menimbulkan risiko kecelakaan kerja pada pemulung TPA; (6) Menganalisis akses informasi yang dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja pada pemulung TPA; (7) menganalisis pengetahuan, sikap, dan tindakan yang berpengaruh terhadap kecelakaan kerja pada pemulung TPA; (8) menganalisis penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)  pada pemulung; (9) Menganalisis kecelakaan kerja yang dialami pemulung TPA; (10) Mendapatkan model risiko kecelakaan kerja pemulung TPA di Eks Karesidenan Besuki.

Penelitian ini menggunakan metode campuran (mix method )yaitu dengan memadukan penelitian kualitatif (studi kasus) dan penelitian kuantitatif (analitik). Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian ini dilakukan di tiga TPA yang ada di Kabupaten Jember, Bondowoso, dan Situbondo, yaitu : TPA Pakusari, TPA Taman Krocok Bondowoso, dan TPA  Sliwung Situbondo. Peneliti menetapkan tiga lokasi TPA di atas dengan pertimbangan bahwa TPA tersebut masih beroperasi dengan menggunakan metode yang berbeda, yaitu open dumping, controlled landfill, dan sanitary landfill serta terdapat banyak pemulung yang beraktifitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan TPA di Kabupaten Bondowoso dilakukan dengan metode open dumping, di Kabupaten Jember metode controlled landfill, dan di Kabupaten Situbondo Modikasi Sanitary Landfill. Manajemen TPA belum mempunyai kebijakan dan program terkait k3 pada pemulung. Faktor kondisi lingkungan TPA tidak berpengaruh siginifikan terhadap kejadian kecelakaan kerja pada pemulung TPA. Faktor peralatan pemulung tidak berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja pada pemulung TPA.  Faktor beban kerja berpengaruh signifikan terhadap kejadian kecelakaan kerja pada pemulung TPA. Faktor individu (pengetahuan, sikap dan tindakan) berpengaruh signifikan terhadap kejadian kecelakaan kerja pemulung TPA. Faktor akses informasi tidak berpengaruh siginifikan terhadap kejadian kecelakaan kerja pada pemulung TPA. Faktor lingkungan sosial tidak berpengaruh siginifikan terhadap kejadian kecelakaan kerja pada pemulung TPA. Faktor alat pelindung diri berpengaruh siginifikan terhadap kejadian kecelakaan kerja pada pemulung TPA. Kecelakaan kerja yang dialami pemulung TPA secara umum termasuk kategori kecelakaan ringan. Sudah ditemukan model fit kejadian kecelakaan kerja pada pemulung TPA dengan nilai (probabilitas = 0,754), (RMSEA=0,000), (GFI=0,962), (AGFI=0,932), (CMIN/DF=0,847), (TLI=1,009), dan (CFI = 1). Terdapat lima kovarian dalam temuan model yaitu sikap berhubungan dengan pengetahuan, sikap berhubungan dengan beban fisik, beban fisik berhubungan dengan alat menampung dan membawa pungutan sampah (wadah), beban fisik berhubungan dengan pengetahuan, dan alat pulung berhubungan dengan pengetahuan.