Indonesian is a country that has cultural diversity, being a place for various tribes, races and customs that reflect cultural diversity. Each region has various types of culture which are a valuable legacy from generation to generation. In addition, this film is expected to function as a means of educating the public regarding the importance of preserving Indonesian cultural heritage. In addition, both keris have special features by involving special hand skills and traditional techniques in the process of making them. In this documentary, craftsmen and artists are in the spotlight to show how much they sacrifice in protecting and preserving this cultural heritage, even in the midst of an increasingly advanced and modern era. This local culture is also often referred to as national culture, which is generally formed from the best cultural elements from various regions that are collected and become a national culture. This local culture contains values, customs, traditions, local wisdom, and norms that are considered noble.

The program chosen by the authors and group members is a documentary program. The documentary film "Curiga Manjining Warongko'Jumbuhing Kawula lan Gusti" has a type of characteristic that uses video taping. In the process of producing this documentary, the writer and group members use multiple cameras to create variations in the angles they shoot the video from. The use of multiple cameras when conducting interviews with sources allows for video angles from two different sides. The author will assist in determining the concept, determine the budget or costs, and create a production schedule. The author coordinates with the team to find and secure shooting locations according to the needs of the documentary film, takes care of the permits needed to access locations or record certain sources, arranges the production team and manages their schedules, as well as communicates and coordinates with other departments such as directors, camera crews , script writer, and editor.

This documentary film uses the concept of participatory mode packaging which means it emphasizes the interaction between the filmmaker and the subject which takes place using interviews or direct involvement. In this stage the author is in charge of coordinating, supervising, managing the budget so that it is controlled and in accordance with what has been set, as well as managing the location and equipment to ensure that the equipment used is safe and good.

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki akan keberagaman budaya, menjadi tempat bagi berbagai suku, ras, dan adat istiadat yang mencerminkan keberagaman budaya. Disetiap wilayah memiliki beragam jenis budaya yang merupakan warisan berharga dari generasi ke genrasi. Selain itu, film ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana edukasi bagi masyarakat mengenai pentingnya melestarikan warisan budaya Indonesia. Selain itu, baik keris memiliki keistimewaan dengan melibatkan keterampilan tangan dan teknik tradisional yang khas dalam proses pembuatannhya. dalam film dokumenter ini, pengerajin dan seniman menjadi sorotan untuk menunjukkan betapa mereka berkorban dalam menjaga dan melestarikan kerajinan warisan budaya ini, meskipun di tengah kemajuan zaman yang semakin maju dan modern. Budaya lokal ini juga sering disebut sebagai Kebudayaan nasional, yang umumnya terbentuk dari elemen-elemen budaya terbaik dari berbagai daerah yang dikumpulkan dan menjadi kebudayaan nasional. Budaya lokal ini mengandung nilai-nilai, adat istiadat, tradisi, kearifan lokal, dan norma-norma yang dianggap mulia.

Program yang dipilih oleh penulis dan anggota kelompok adalah program dokumenter. Film dokumenter "Curiga Manjining Warongko’Jumbuhing Kawula lan Gusti" memiliki jenis karakteristik yang menggunakan video taping. Dalam proses produksi dokumenter ini, penulis dan anggota kelompok menggunakan multi kamera untuk menciptakan variasi angle dalam merekam video. Penggunaan multi kamera saat melakukan wawancara dengan narasumber memungkinkan adanya angle video dari dua sisi yang berbeda. Penulis akan membantu dalam menentukan konsep, menentukan anggaran atau biaya, dan membuat jadwal produksi. Penulis melakukan pengoordinasian dengan tim untuk mencari dan mengamankan lokasi shooting yang sesuai dengan kebutuhan film dokumenter, Mengurus perizinan yang diperlukan untuk mengakses lokasi atau merekam narasumber tertentu, menyusun tim produksi dan mengatur jadwal mereka, serta berkomunikasi dan berkoordinasi dengan departemen lain seperti sutradara, kru kamera, script writter, dan editor.

film dokumenter ini menggunakan konsep pengemasan participatory mode yang berarti menekankan pada interaksi antara pembuat film dan subjek yang berlangsung dengan menggunakan interview atau keterlibatan secara langsung. Dalam tahap ini penulis bertugas mengoordinasi, mengawasi, mengelola anggaran supaya terkendali dan sesuai dengan yang teah ditetapkan, serta mengatur lokasi dan peralatan untuk memastikan bahwa peralatan yang digunakan aman dan baik.