Manajemen obat harus dikelola dengan baik agar obat selalu tersedia dengan stok yang optimal. Instalasi Farmasi Rumah Sakit UNS mempunyai tanggung jawab dalam mengelola persediaan obat. Namun, instalasi farmasi menghadapi permasalahan yaitu terdapat beberapa jenis obat yang overstock sehingga mengambil banyak area penyimpanan pada obat lain. Selain itu, overstock tersebut menyebabkan beberapa obat melewati batas umur simpan sehingga terjadi pemborosan.  Penelitian dilakukan untuk mengelompokkan obat dan menentukan kebijakan persediaan optimal untuk mengurangi total biaya persediaan. Pengelompokkan obat dilakukan berdasarkan kepentingan obat dengan mempertimbangkan beberapa kriteria menggunakan fuzzy BWM, fuzzy TOPSIS, dan ABC Classification. Kemudian, pada obat kelas A dilakukan perhitungan penentuan persediaan optimal dan total biaya persediaan menggunakan Periodic Review (R, s, S) dengan skenario usulan periode review (R) yang berbeda yaitu R selama 2, 3, 4, 5, dan 6 minggu selama 3 bulan periode persediaan. Hasil didapatkan bahwa kebijakan Periodic Review dengan R selama 2 minggu mempunyai total biaya persediaan terkecil yaitu sebesar Rp 313.099.783 dengan persentase sebesar 84,5% karena mempunyai total kuantitas persediaan paling kecil. Sedangkan, kebijakan eksisting mempunyai total biaya tertinggi yaitu sebesar Rp 2.016.828.246 karena memiliki total kuantitas persediaan tertinggi selama persediaan 3 bulan. Sehingga, kebijakan Periodic Review dengan R selama 2 dapat menjadi usulan kebijakan penentuan persediaan optimal yang dapat diterapkan oleh rumah sakit.