×
Kabupaten Jepara terhitung telah melakukan tindakan konservasi lahan sebesar 0,49?ri luas wilayah 4.131,7 Ha. Kecilnya wilayah yang dikonservasi salah satu penyebabnya adalah belum adanya tanaman yang dapat tumbuh efektif diarea konservasi (karena topografi). Konservasi adalah pelestarian, perlindungan, pengelolaan dan pemulihan alam secara berkelanjutan untuk mencegah hilang (punah). Aren diketahui memiliki fungsi konservasi yaitu aren dapat sebagai tanaman pencegah longsor dan erosi pada tanah sehingga dapat memenuhi pengertian dari fungsi konservasi dalam hal perlindungan dan pelestarian. Seresah organik yang dihasilkan aren juga dapat memperbaiki dan memperkaya biota tanah sehingga memenuhi fungsi konservasi dalam hal pengelolaan dan pemulihan alam secara berkelanjutan. Aren juga termasuk tanaman yang mudah tumbuh diberbagai wilayah tropis, sehingga penelitian terkait kesesuaian lahan aren perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan (aktual dan potensial) serta memberikan rekomendasi pengelolaan lahan pada pada faktor pembatas agar dapat meningkatkan produktivitas aren di Kecamatan Bangsri. Pengambilan sampel tanah didapatkan dari Satuan Peta Lahan (SPL) yang merupakan hasil overlay dari data data sekunder dan selanjutnya menggunakan metode purposive sampling. Sedangkan analisis laboratorium meliputi analisis tektur, kejenuhan tanah, kapasitas tukar kation (KTK) tanah, pH H2O, N total, C organik, P2O5, K2O, alkalinitas dan salinitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan di Kecamatan Bangsri memiliki kelas kesesuaian lahan aktual untuk penanaman tanaman aren dikelas S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas yang beragam. Kesesuaian lahan potensial berubah menjadi kelas S1 (sesuai) pada 2 SPL dan S2 (cukup sesuai) pada 16 SPL. Faktor pembatas tersebut meliputi 2 faktor, yaitu faktor pembatas permanen dan faktor pembatas yang tidak permanen (dapat dilakukan upaya perbaikan). Faktor pembatas permanen yaitu pada bagian media perakaran yaitu pada kedalaman tanah dan bahan kasar. Faktor pembatas tidak permanen, meliputi retensi hara berupa C-organik dan pH H2O, hara tersedia berupa N-total dan P-tersedia tanah, serta bahaya erosi berupa kemiringan lereng dan bahaya erosi. Rekomendasi perbaikan lahan terhadap faktor pembatas tidak permanen dapat dilakukan dengan cara pemberian pupuk organik dan anorganik, pemberian biochar dan pupuk kompos untuk menetralkan pH, dan pembuatan teras iring untuk mengurangi tingkat erosi dan menanggulangi longsor karena kemiringan yang cukup curam. Hasil ini menunjukkan bahwa aren dapat digunakan sebagai opsi dalam melakukan tindakan konservasi karena memiliki kelas kesesuaian lahan yang baik berupa S1 dan S2.