Wayang Orang Sriwedari merupakan seni pertunjukan tradisional warisan budaya yang didirikan di Kota Solo oleh Kasunanan Surakarta sejak tahun 1910 dan sudah mengalami berbagai macam perubahan mulai dari perangkat hingga pementasannya. Salah satu yang menjadi polemik di masa sekarang adalah bagaimana pengelola Wayang Orang Sriwedari dapat menyeimbangkan antara pertunjukan klasik dengan yang sudah diinovasi. Sehingga nilai dan esensi dari pesan yang disampaikan leluhur apakah sampai hingga ke masyarakat.

Dalam pembuatan film dokumenter ini menggunakan gaya perbandingan atau kontradiksi dengan tujuan dapat memperlihatkan perbedaan dan kritik yang bersifat radikal terhadap pertunjukan Wayang Orang Sriwedari dahulu hingga sekarang. Pada pelaksanaan karya tulis, penulis berperan sebagai Sutradara yang memberikan pengarahan kepada narasumber dan director of photography serta memberikan visualisasi terhadap film yang akan diproduksi. Penulis juga memberikan pendampingan terhadap editor terkait dengan penyuntingan gambar yang telah diambil sehingga hasil karya sesuai dengan konsep.

Sebagai sutradara, penulis melakukan tugas dan tanggung jawab dari praproduksi sampai pascaproduksi. Diantaranya seperti memastikan proses produksi berjalan sesuai rencana, dan memastikan polesan terakhir pada film agar sesuai dengan skenario. Selama pembuatan karya diperlukan evaluasi tim sehingga dapat memperbaiki langkah yang akan diambil selanjutnya.