×
Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan di Indonesia yang mengandung antioksidan secara alami. Kakao tersebut dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk turunan salah satunya bubuk kakao. Selama proses pengolahan dari biji kakao menjadi bubuk kakao akan menyebabkan degradasi senyawa polifenol karena adanya proses fermentasi, pengeringan, penyangraian, alkalisasi, atau adanya kontak dengan panas. Untuk itu diperlukan pengembangan suatu metode sederhana agar dapat meningkatkan kandungan polifenol pada bubuk kakao. Pada penelitian ini, metode yang diterapkan yaitu dengan melakukan enrichment atau pengayaan bubuk kakao alkalisasi dengan menambahkan ekstrak bubuk kakao non-alkalisasi atau natural, sehingga diharapkan mampu menghasilkan bubuk kakao yang memiliki kandungan tinggi antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh varisasi suhu ekstraksi dan suhu pengeringan terhadap karakteristik fisik dan kimia bubuk kakao tinggi antioksidan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dilakukan dengan dua tahapan penelitian dengan masing-masing tahapan memiliki satu faktor. Pada tiap faktor tersebut memiliki tiga taraf penelitian yaitu suhu ekstraksi 75, 85, dan 95 °C dan suhu pengeringan 70, 75, dan 80 °C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi akan menghasilkan kandungan kimia seperti total fenolik, flavonoid, antioksidan FRAP, dan DPPH menurun. Pada hasil analisis sampel bubuk kakao menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan akan menurunkan kadar air, flavonoid, antioksidan DPPH dan meningkatkan kelarutan, kemerahan, dan perubahan warna, serta memberikan hasil yang fluktuatif pada total fenolik, antioksidan metode FRAP, kecerahan, kekuningan, dan kroma.