×
Didalam industri cokelat, cokelat putih menjadi produk populer karena sifatnya yang praktis dan ekonomis. Diversifikasi produk cokelat putih sangat diperlukan mengingat adanya peningkatan tren pangan fungsional, misalnya dengan melakukan penambahan bubuk matcha. Pada proses pengembangan produk, aspek sensori memiliki urgensi tinggi dalam menentukan persepsi konsumen dan membentuk preferensi terhadap produk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengarakterisasi profil sensori white compound chocolate matcha tea dibandingkan dengan cokelat matcha yang telah berada dipasaran, serta mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap produk cokelat matcha melalui metode preference mapping. Penelitian ini menggunakan 5 produk yaitu white compound chocolate matcha tea ITP (produk A), dan 4 produk komersial (B,C,D,E) dievaluasi oleh 13 panelis terlatih menggunakan metode QDA. Berdasarkan hasil evaluasi, sampel white chocolate matcha memiliki 12 atribut yaitu: keampakan warna hijau, glossiness, aroma matcha, aroma milky, flavor matcha, flavor milky, rasa manis, rasa pahit, tekstur softness, hardness, sandiness, dan melting behavior. Berdasarkan analisis anova, spiderweb, dan PCA, produk A memiliki kedekatan karakteristik atribut dengan produk D yaitu memiliki kenampakan sangat glossy; warna hijau, aroma matcha, dan flavor matcha dengan intensitas sedang, rasa manis tinggi dan rasa pahit cukup rendah. Pemetaan kesukaan produk dievaluasi oleh 131 konsumen; yang terbagi menjadi 3 golongan yakni konsumen remaja, dewasa awal, dan dewasa madya. Hasil Principal Component Analysis (PCA), dan preference mapping menunjukkan bahwa setiap kategori usia konsumen memiliki preferensi kesukaan terhadap produk cokelat matcha dengan tingkatan intensitas atribut yang berbeda-beda. Dari informasi tersebut, arah pengembangan produk A dapat difokuskan pada target konsumen remaja (< 21>benchmarking dengan meningkatkan intensitas atribut softness, sehingga dapat berpotensi meningkatkan penilaian dan peluang penerimaan konsumen terhadap produk A,