UD Oglyx Pandiga di Desa Mojorembun, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur menanam bawang merah dengan sistem tumpang sari. Alasan memilih tumpang sari bawang merah dengan cabai rawit adalah karena memiliki sifat yang serasi, jenis hama dan penyakit pada tanaman yang ditemukan sama dengan begitu lebih efisien baik dalam hal pengendalian OPT dilihat dari segi tenaga dan biaya, menambah pendapatan petani dalam budidaya bawang merah dengan tumpang sari cabe rawit. Praktik budidaya bawang merah di UD Oglyx Pandiga menggunakan lahan dengan luas 200 m2 untuk 2 bedengan, setiap bedengan total luas lahan 100 m2. Budidaya bawang merah meliputi persiapan lahan, pengolahan tanah, perataan media tanam, pembuatan jarak tanam, penanaman. Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi pemupukan, penyiraman, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Panen bawang merah dengan mencabut tanaman bawang merah secara perlahan pada saat umur 60 hari. Pasca panen bawang merah meliputi penjemuran, pengangkutan, pengikatan hasil panen, sortasi dan perogolan. Pemasaran bawang merah dilakukan secara offline dan online. Budidaya cabai rawit meliputi penanaman, pemeliharaan seperti pemupukan, penyiraman, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Tanaman cabai mulai di panen pada umur kurang lebih 90 HST. Pascapanen tanaman cabai meliputi pengiriman, sortasi, dan pengemasan. Pemasaran cabai rawit ORI 212 secara offline dan online. Analisis usaha tumpang sari bawang merah dan cabai rawit. Bawang merah dijual dengan harga 20.000/pak dan cabai rawit dijual dengan harga 5000/pak. Berdasarkan hasil perhitungan analisis usaha tani yang dilakukan di dapatkan R/C bawang merah dan cabai rawit sebesar 1,3 > 1. B/C bawang merah dan cabai rawit yaitu 0,3 > 0. Hal ini usaha bawang merah dengan tumpang sari cabe rawit untuk menambah pendapatan petani layak untuk diusahakan.