Perbedaan tingkat stres kerja antara tenaga kerja yang dirotasi dengan yang tidak dirotasi di PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia Bekasi
Penulis Utama
:
Nina Oktaviani
NIM / NIP
:
R0205026
×ABSTRAK
Tenaga kerja sebagai pelaku sekaligus sasaran dari pembangunan harus dibina dan dikembangkan. Kualitas tenaga kerja tercermin dari produktivitas tenaga kerja tersebut sehingga perlu adanya upaya-upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat untuk menunjang produktivitas. Selain itu diperhatikan juga sistem kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja itu sendiri, apakah mereka dalam bekerja dilakukan rotasi kerja (rolling karyawan) atau tidak. PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia (PT. PECGI) adalah salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang pembuatan batu baterai mangan, lithium dan senter. Sistem kerja yang ada di sana tidak semua line dilakukan rotasi kerja, khususnya di Finishing line sehingga kecenderungan tenaga kerja untuk merasa bosan ataupun jenuh pada pekerjaannya tinggi apalagi jika jenis pekerjaan yang mereka lakukan monoton. Karena kerja monoton akan berdampak pada reaksi psikologis mereka dan dapat mengakibatkan terjadinya stres kerja. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan judul ”Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Tenaga Kerja Yang Dirotasi Dengan Yang Tidak Dirotasi Di PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia”.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat stres kerja antara tenaga kerja yang dirotasi dengan yang tidak dirotasi pada bagian Total Inspections dan Blister di PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia Bekasi. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti adalah 30 orang (15 orang Total Inspections dan 15 orang Blister) yang harus sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan sebelumnya, antara lain : tenaga kerja wanita, usia 18-50 tahun, masa kerja >6 bulan, pendidikan minimal SLTA dan tidak sedang menstruasi. Pengukuran stres kerja ini menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 30.
Dari hasil pengisian kuesioner tersebut diperoleh data sebanyak 73,33% sampel di Total Inspections mengalami stres kerja dan 46,67% saja sampel di Blister yang mengalami stres kerja. Hasil uji statistik independent t-test juga menunjukkan ada perbedaan stres kerja yang signifikan antara yang dirotasi (Blister) dengan yang tidak dirotasi (Total Inspections) dengan nilai p=0,037.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat stres kerja antara tenaga kerja yang dirotasi dengan yang tidak dirotasi di PT. PECGI Bekasi. Saran dari penelitian ini adalah rotasi kerja dilakukan diseluruh line, pelaksanaan kembali program rekreasi bersama, pemberian reward untuk tenaga kerja berprestasi dan pemutaran musik di tempat kerja yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan waktunya.
Kata kunci : Stres kerja, rotasi kerja
×
Penulis Utama
:
Nina Oktaviani
Penulis Tambahan
:
-
NIM / NIP
:
R0205026
Tahun
:
2009
Judul
:
Perbedaan tingkat stres kerja antara tenaga kerja yang dirotasi dengan yang tidak dirotasi di PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia Bekasi
Edisi
:
Imprint
:
Surakarta - F. Kedokteran - 2009
Program Studi
:
D-4 Kesehatan Kerja
Kolasi
:
Sumber
:
UNS-F. Kedokteran Prog. D IV Kesehatan Kerja-R.0205026-2009