×
Indonesia merupakan peringkat ketiga sebagai negara penghasil biji cokelat terbesar di dunia. Hal ini didukung oleh data yang dikeluarkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2019. Namun tingginya hasil panen cokelat di Indonesia tidak diikuti dengan tingginya minat masyarakat dalam mengkonsumsi cokelat. Dalam satu tahunnya, rata-rata masyarakat Indonesia mengkonsumsi cokelat hanya 0,5KG/Orang. Salah satu pemecahan masalah pada kasus ini adalah perlu ditingkatkannya edukasi mengenai cokelat sendiri. Hal yang dilakukan adalah pembuatan aplikasi KOKO yang berguna untuk mengedukasi anak-anak mengenai manfaat coklat dan juga sebagai pengingat akan bahaya mengkonsumsi cokelat apabila terlalu berlebihan. Target masyarakat yang cocok untuk edukasi cokelat adalah anak usia remaja. Hal ini karena pada usia tersebut anak cenderung dapat menerima informasi dengan baik. Edukasi cokelat dikembangkan dengan teknologi augmented reality. Augmented reality adalah teknologi yang dapat menggabungkan dunia nyata dengan dunia virtual serta dapat menggabungkannya dengan objek-objek maya. Dengan munculnya objek 3D pada marker yang dibuat maka diharapkan anak- anak usia remaja menjadi lebih tertarik dan paham mengenai cokelat. Metode yang dilakukan pada pengembangan aplikasi KOKO adalah MDLC (multimedia development life cycle). Metode ini terdiri dari 6 tahapan yang berurutan sehingga dalam pengembangan aplikasi KOKO dilakukan secara bertahap sesuai metode MDLC. Pada pembuatannya, aplikasi KOKO dapat berjalan di android dengan minimal sistem operasi 8.0 (oreo). Aplikasi KOKO telah diuji pada minimal 3 device smartphone dengan masing-masing hasil menunjukan bahwa aplikasi KOKO telah layak digunakan.