Kecamatan Turi merupakan salah satu daerah penghasil salak. Pemanfaatan biji saak perlu dilakukan untuk mengurangi penumpukan limbah salah staunya menjadi tepung. Kukis menjadi sebuah makanan ringan yang banyak disukai oleh semua kalangan masyarakat yang terbuat dari tepung terigu. Indonesia masih bergantung pada pasokan impor gandum dari 5 penghasil gandum terbesar sehingga perlu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu dengan cara mengurangi atau mengganti tepung terigu dengan bahan lain contohnya tepung biji salak. Bahan baku pembuatan kukis adalah tepung terigu dan tepung biji salak serta bahan tambahan lainnya seperti gula, margarin, baking powder, vanila, dan telur. Proses pembuatannya meliputi persiapan alat dan bahan, pemasukkan, pengadukan, pencetakkan, pengovenan, pendinginan, dan pengemasan menggunakan kemasan standing pouch. Produk kukis dilakukan uji sensoris dengan metode uji perbandingan jamak. Parameter uji yang dilakukan meliputi: warna, aroma, tekstur, rasa, dan overall. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan empat formula dengan kontrol. Formula tersebut meliputi F1 : penambahan tepung biji salak 5%, F2 : penambahan tepung biji salak 10%, F3 : penambahan tepung biji salak 15%, dan F4 : penambahan tepung biji salak 20%. Didapatkan hasil formula terbaik yaitu F2 dengan penambahan tepung biji salak 10% yang selanjutnya dilakukan analisis kimia dan analisis ekonomi. Hasil analisis kimia meliputi kadar air sebesar 4,1%, kadar abu sebesar 1,7%, kadar protein sebesar 5,1%, dan senyawa antioksidan sebesar 1,8%. Hasil analisis ekonomi didapatkan hasil B/C ratio sebesar 2,7 yang berarti usaha layak dilanjutkan karena B/C>1 dan diperoleh nilai IRR sebesar 89% yang berarti bahwa usaha layak dijalankan karena hasil IRR>DF1 (85%).