ABSTRAK

Heteronormativitas merupakan konsep kuat yang dilihat sebagai klaim kebenaran bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Asumsi sosial yang hanya membenarkan hubungan pria dengan wanita dan hubungan di luar itu adalah suatu penyimpangan. Namun, kenyataannya, kekuatan heteronormativitas tidak dapat membendung kepopuleran drama boys love di negara ini. Munculnya banyak komunitas penggemar menjadi salah satu bukti tidak terbendungnya kepopuleran ini. Meski demikian, hal tersebut tetap menyebabkan suatu kontra di masyarakat. Muncul stigma-stigma negatif pada penggemar drama boys love. Hal ini menyebabkan beberapa penggemar menutup diri dan melimpahkan kegemarannya melalui fan account buatan mereka, salah satunya melalui platform Instagram.

Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk memahami bagaimana cara para penggemar ini menghadapi tekanan heteronormativitas di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Dalam menganalisis, digunakan teori Dramaturgi dari Erving Goffman untuk menunjukkan bentuk presentasi diri yang digunakkan oleh para pemilik fan account dan juga teori Relasi Kuasa dari Michel Foucault untuk menunjukkan kuasa antara heteronormativitas dan kuasa penggemar drama boys love.

Dari hasil penelitian ini didapat 5 pemilik fan account drama boys love menunjukkan kuasa nya dengan membentuk akun untuk mendukung drama ataupun aktor idolanya. Kuasa itu muncul setelah mereka mendapat tekanan berupa komentar dan penilaian negatif dari orang lain. Pada akhirnya mereka membentuk dan menunjukkan presentasi diri yang berbeda antara kehidupan nyata mereka dengan kehidupan sebagai penggemar melalui fan account. Penggemar di kehidupan nyata akan berperilaku selayaknya masyarakat hetero pada umumnya, namun dibalik itu mereka juga sebagai penggemar drama boys love yang mengelola fan account sebagai media membagikan hal yang mereka suka. Ditemukan pula dimensi pendukung dan penghambat yang memperngaruhi mereka dalam mengelola fan account tersebut.

Kata kunci : Presentasi Diri, Fan Account, Drama Boys Love, Kuasa, Heteronormativitas

ABSTRACT

Heteronormativity is a strong concept that is seen as a truth claim for the majority of Indonesian society. Social assumptions that only justify men's relationships with women and relationships outside of it are aberrations. However, in reality, the power of heteronormativity cannot stem the popularity of boys love dramas in this country. The emergence of many fan communities is one proof of this unstoppable popularity. However, it still causes a con in society. There are negative stigmas on fans of the drama boys love. This caused some fans to close themselves and bestow their passion through their fan accounts, one of which was through the Instagram platform.

Therefore, this study was conducted to understand how these fans deal with the pressure of heteronormativity in Indonesia. This research was conducted using qualitative research methods with a phenomenological approach. In analyzing, Erving Goffman's Dramaturgy theory is used to show the form of self-presentation used by fan account owners and also Michel Foucault's Power Relations theory to show the power between heteronormativity and the power of fans of boys love dramas.

From the results of this study, 5 owners of drama boys love fan accounts showed their power by forming accounts to support dramas or their idol actors. The power comes after they are pressured by negative comments and judgments from others. In the end, they formed and showed a different self-presentation between their real life and life as fans through fan accounts. Fans in real life will behave like hetero society in general, but behind that they are also fans of the drama boys love who manage fan accounts as a medium to share what they like. There were also supporting and inhibiting dimensions that influenced them in managing the fan account.

Keywords : Self-Presentation, Fan Account, Drama Boys Love, Power, Heteronormativity