×
Wayfinding adalah sebuah sistem navigasi dimana seseorang mengumpulkan informasi untuk menemukan jalan, menentukan arah dan mengambil keputusan untuk mengarahkan diri bergerak dari satu titik ke titik lainnya dalam suatu ruang. Dalam sebuah lingkungan binaan seperti fasilitas umum, wayfinding dirancang sebagai sebuah mekanisme yang membantu proses seseorang untuk menavigasi dan berpindah tempat secara mudah melalui beberapa elemen seperti sign system, landmark dan signage. Dengan pendekatan desain inklusif dan user-centered, mekanisme wayfinding sejatinya dapat didesain untuk fungsi tambahan, selain fungsi navigasi dalam lingkungan spasial alami/binaan yang lebih general, yaitu sebagai penuntun seseorang dengan disabilitas untuk berinteraksi dengan ruang agar ia mampu mengenali lokasi diri maupun mengeksplorasi ruang secara mandiri dan tanpa hambatan, serta sebagai poin akses informasi yang inklusif untuk mengenal fasum yang sedang dikunjungi. Dilain pihak, terdapat signifikansi pada rancangan sebuah fasilitas umum agar juga dapat menjadi tempat yang menunjang edukasi masyarakat seperti Museum. Museum, selayaknya fasilitas umum, memiliki harapan untuk menjadi fasum yang dapat menjangkau semua kalangan masyarakat tak terkecuali. Riset ini ditujukan untuk menelaah sistem wayfinding dalam fasum Museum dan Kompleks Rumah Atsiri Indonesia sebagai salah satu fasum yang dirancang sebagai tempat yang interaktif dan edukatif, terutama untuk mengukur apakah sistem navigasi telah dirancang inklusif terhadap kalangan disabilitas yang juga menjadi target user. Tuna Netra adalah kalangan disabilitas pada spektrum extreme user yang dilibatkan pada penelitian ini. Metode penelitian wayfinding dengan studi kasus museum dan kompleks Rumah Atsiri yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan partisipatif. Data dikumpulkan dengan cara observasi lapangan, participant-observation dan in-deth interview dengan melibatkan kalangan disabilitas sebagai partisipan untuk kemudian diolah dengan alat ukur serta koding kualitatif untuk menghasilkan sebuah proposisi dan rekomendasi. Temuan yang didapatkan dari penelitian ini adalah (1) kondisi nyata desain sistem wayfinding pada museum dan kompleks Rumah Atsiri, (2) faktor-faktor yang dapat menimbulkan interaksi antara kalangan disabilitas dengan ruang, (3) dengan kalangan non-disabilitas dan juga (4) faktor apa saja yang dapat memberi social exposure. Desain mekanisme wayfinding yang inklusif, tanpa hambatan dan terorientasi pada pemahaman navigasi pengguna disabilitas ekstrim dapat meningkatkan efisiensi, pengalaman positif dan interaksi antara kalangan disabilitas dengan ruang yang dijelajah, serta social exposure antara kalangan disabilitas dan non-disabilitas agar kenyamanan beraktifitas di ruang publik dapat tercapai dan fasilitas umum (seperti Rumah Atsiri) dapat menjadi ruang yang interaktif, edukatif, inklusif dan welcoming untuk semua kalangan penggunanya.