Indonesia sebagai negara agraris dengan sebagian besar penduduknya sebagai petani, menghadapi tantangan penyempitan lahan karena perkembangan zaman dengan pembangunan gedung dan pembukaan lahan. Dalam upaya mengatasi lahan sempit tersebut digunakan sebuah metode bernama vertikultur, di mana penanaman dilakukan secara bertingkat atau vertikal. Metode ini cocok untuk menanam sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias, termasuk selada merah yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan kaya akan gizi. Namun, perawatan tanaman secara rutin, seperti penyiraman dan pemupukan, seringkali terlupakan karena kesibukan pemilik tanaman. Untuk mengatasi masalah ini, teknologi IoT dimanfaatkan dengan Board Wemos D1 R2 sebagai pengganti Arduino, sensor YL-69, pompa air, dan Bot Telegram sebagai penghubung dengan pengguna. Pengujian sistem prototipe IoT menunjukkan keberhasilan sensor YL-69 dalam membaca data kelembaban tanah dan mendeteksi keadaan media tanam. Pompa air dan pompa pupuk dapat berfungsi sesuai dengan nilai kelembaban dan waktu yang telah ditentukan. Pompa air berhasil menyala sesuai dengan nilai kelembaban tanah yang telah ditentukan yaitu lebih dari 13000 dan berhasil mati saat nilai kelembaban tanah kurang dari 11500. Pompa pupuk juga berhasil menyala sesuai dengan waktu yang telah ditentukan menggunakan RTC DS3231 yaitu pada hari Rabu pukul 08.00 dan mati setelah 1 menit.