Batik bercerita merupakan salah satu jenis batik yang dapat ditemukan pada Batik Belanda yang memiliki potensi sebagai media bercerita non-tulisan yang masih belum banyak diketahui. Selain itu Indonesia juga memiliki beragam jenis hasil kebudayaan lainnya, salah satunya cerita rakyat. Namun dengan munculnya arus modernisasi dan globalisasi banyak cerita rakyat yang semakin terbengkalai, salah satunya adalah cerita Dewi Sri. Tujuan perancangan ini adalah menghasilkan batik bercerita ala Indonesia yang mengacu pada Batik Belanda sehingga dapat memperkenalkan kembali serta melestarikan cerita rakyat, memberikan kebaharuan dari sisi desain, menambah corak batik, dan menambah nilai ekonomi pada produk.

Perancangan desain ini menggunakan metode pendekatan seni menurut SP. Gustami yang memuat tiga tahapan yaitu dimulai dengan tahap ekplorasi, perancangan, dan perwujudan sebagai basis pembuatan karya. Studi lapangan dalam perancangan ini dilakukan dengan cara melakukan observasi dan survei pada sampel potensi konsumen.

Karya yang dihasilkan dalam perancangan ini adalah sepuluh desain kolektisi yang terbagi dalam beberapa delapan adegan yang mengacu pada cerita Dewi Sri Jawa Tengah. Empat desain pertama diwujudkan dalam bentuk kain batik tulis. Perancangan ini tidak hanya ditujukan sebagai bentuk media informasi saja namun memiliki desain yang memiliki nilai fungsional ketika dikenakan salah satunya sebagai produk fesyen serta memiliki nilai estetika yang mengacu pada desain Batik Belanda.