×
Stigma maskulinitas dan asumsi olahraga balap (motorsport) yang merupakan domain laki-laki secara historis telah terinternalisasi dalam olahraga balap itu sendiri. Seiring perkembangan waktu, muncul inisiasi gerakan feminisme yang kian merambah di ranah media sosial. Perjuangan peranan perempuan ini dilakukan dalam media sosial berbasis teks yaitu twitter. Akun twitter @FemalesinMSport kemudian menjadi akun pioneer isu-isu kesetaraan gender dalam olahraga balap dengan strategi menggulirkan diskursus dan menjadi arena praktik diskursif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis diskursus-diskursus yang diedarkan khususnya terkait perlawanan dan dekonstruksi terhadap diskursus dominan, yaitu maskulinitas olahraga balap. Penelitian ini menggunakan analisis diskursus kritis atau critical discourse analysis (CDA) dengan menganalisis teks dan elemen visual yang terdapat di dalam akun @FemalesinMSport. Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tweet, threads, quote retweets, dan replies pada akun @FemalesinMSport yang memuat kekuatan bahasa. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis atas repertoar atau performa-performa semiotik yang berbentuk citra (images), wicara (speech), dan juga tulisan (text). Analisis juga dilakukan melalui proses pendalaman relasi-relasi antara diskursus dan realitas. Penelitian ini berbasis teori dekonstruksi Jacques Derrida, mitos dan mitologi Roland Barthes, serta gender dan feminisme Luce Irigaray. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik diskursif terkait kesetaraan gender dalam akun ini dikemas dengan narasi-narasi persuasif dan membangkitkan solidaritas perempuan secara kolektif. Hal tersebut kemudian berimplikasi dalam meningkatkan kesadaran bagi kalangan penggemar olahraga balap dan memproduksi pengetahuan baru. Namun, terdapat pula tantangan praktik diskursif seperti adanya upaya-upaya mempertahankan diskursus dominan yaitu maskulinitas yang dilakukan oleh pihak internal olahraga balap itu sendiri maupun dari kalangan penggemar.