ABSTRAK

Penelitian bertujuan menganalisis tahapan keputusan adopsi inovasi PaSar Jiwa dalam pencegahan dini masalah kesehatan jiwa untuk menyelesaikan treatment gap dan stigma sosial. Metode yang digunakan diskriptif kualitatif dengan teknik analisis data model Miles and Huberman. Validitas data triangulasi teknik, dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan penelitian adalah dokter dan perawat serta kader di wilayah kerja Puskesmas Bubakan, dengan teknik purposive sampling. Sementara informan pengadopsi inovasi menggunakan teknik accidental sampling.

Hasil penelitian, tahap pengetahuan: 1) Indikator pengetahuan keberadaan inovasi. Indikator dipengaruhi dua variabel yaitu individu dan perilaku komunikasi. Variabel individu, memiliki pengetahuan menyelesaikan masalah kesehatan jiwa dan penghematan biaya. Variabel perilaku komunikasi, sosialisasi yang belum menjangkau semua masyarakat. 2) Indikator pengetahuan menggunakan inovasi dengan benar. Indikator dipengaruhi variabel individu bahwa penanganan sudah berjalan baik, meskipun variabel perilaku komunikasi, pendampingan lapangan masih minim karena terbatasnya SDM. 3) Indikator pengetahuan prinsip keberfungsian bagaimana dan mengapa inovasi bekerja. Indikator dipengaruhi variabel individu, dimana pelaksana berpedoman pada KAK dalam menjalankan fungsi inovasi. Tahap dorongan, karakteristik inovasi dipengaruhi empat variabel : 1) keuntungan relatif : variabel mengukur kenyamanan dan kepuasan. Bagi pengadopsi, PaSar Jiwa mempengaruhi kualitas pasien sehingga inovasi menguntungkan. 2) kompatibilitas : variabel mengukur konsistensi nilai-nilai dan kebutuhan pengadopsi akan solusi atas kesembuhan pasien menjadi faktor dorongan. 3) trialabilitas : variabel dipengaruhi sejauh mana inovasi diujicobakan secara bertahap, sehingga memudahkan pengadopsi. 4) observability : variabel dipengaruhi tingkat inovasi jika dilihat orang lain. Bagi pengadopsi, dibuktikan dengan perubahan pasien sehingga memiliki dorongan untuk menerima inovasi. Pada tahap ini, ada variabel yang tidak mempengaruhi yaitu kompleksitas atau tingkat kesulitan. Tahap ketiga keputusan, disini inovasi digunakan parsial, oleh sebab itu lebih cepat diterima karena pengadopsi mencoba inovasi baru memutuskan menerima. Tahap keempat implementasi, inovasi mulai diujicobakan, meski ada ketidakpastian. Kelima, konfirmasi. Dukungan dan sikap pelaksana/pengadopsi mengkonfirmasi keberlanjutan inovasi.

Saran penelitian menyusun metode lain untuk mengatasi kekurangan SDM  kesehatan jiwa. Dengan metode diskusi kelompok bagi pengadopsi/pasien yang dibagi di masing-masing desa dengan peran kader dan anggota keluarga. Dukungan keluarga sebagai pendengar dibutuhkan bagi mereka yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.